Berdasar fakta sejarah, pendidikanlah yang menjadi pemantik munculnya pencerahan pikiran kaum pribumi. Kaum terpelajarlah yang menyulut api perjuangan dengan strategi baru yang bernama organisasi nasional. Maka dapat dikatakan masa kebangkitan nasional adalah masa pencerahan bangsa Indonesia. Kaum terpelajarlah yang akhirnya mampu mengantarkan bangsa Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan bangsa Indonesia. Mereka terlahir dari lembaga pendidikan yang dikelola Belanda. Bahkan tidak sedikit mereka yang sekolahnya di negeri Belanda.
Walaupun dalam proses pembelajaran yang dijalankan terjadi diskriminasi, namun dalam jangka panjang praktik yang demikian tersebut justru mendorong kaum terpelajar Indonesia membuka "literasi kebangsaanya".
Sasaran Literasi Kebangsaan
Setidaknya ada dua sasaran literasi kebangsaan sehingga dapat melahirkan kebangkitan nasional.Â
Pertama, penyebab keterbelakangan bangsa Indonesia yang kala itu disebut dengan pribumi/bumi putera, bahkan inlander. Seperti diuraikan di atas bahwa penyebab munculnya keterbelakangan bangsa Indonesia adalah praktik kolonialisme Belanda yang jahat. Praktik kolonialisme yang memiskinkan, membodohkan, menelantarkan (tidak memberdayakan), merendahkan harkat martabat (merendahkan harga diri) melalui praktik politik eksploitasi dan diskriminasi. Praktik politik demikianlah yang menyebabkan bangsa Indonesia mengalami kehancuran dalam berbagai bidang
Kedua, penyebab kekalahan semua perlawanan para pejuang bangsa Indonesia dari berbagai daerah. Â
Perjuangan melawan kolonial sudah dilakukan sejak zaman VOC berkuasa. Perlawanan Sultan Agung dari Mataram, Sultan Ageng Tirtoyoso Banten, Sultan Hasanudin Makasar, Patimura Ambon, Cut Nyak Dien Aceh, I Gusti Ngurah Rai Bali, Imam Bonjol Sumatra Barat, perlawanan Pangeran Diponegoro, dll. Semua bentuk perlawanan mereka berhasil dipatahkan.
Literasi kebangsaan yang dilakukan oleh kaum terpelajar melakukan identifikasi tentang strategi yang dilakukan masih bersifat kedaerhan, berjalan secara sporadis, bertumpu pada karisma pemimpin, arah perjuangan belum jelas, cenderung mengedepankan kekuatan fisik. Oleh sebab itu kaum terpelajar meninggalkan cara-cara tersebut yang dianggap tidak efektif (gagal) dalam mewujudkan tujuan perjuangan. Mereka menggunakan strategi baru yaitu membentuk organisasi nasional. Langkah ini merupakan koreksi total dari strategi yang digunakan para pejuang pendahulu.
Dengan kemampuan intelektualnya, akhirnya muncul beberapa kelompok terpelajar merintis berdirinya organisasi kebangsaan guna melawan praktik kolonial. Â Walaupun penuh dengan dinamika, namun pada akhirnya lahir organisasi kebangsaan. Organisasi tersebut diawali dengan berdirinya Budi Utomo tanggal 20 Mei 1908. Kelahirannya kemudian disusul organisasi nasional yang lain dengan corak dan karakteristiknya masing-masing. Â Kaum terpelajar dan organisasi nasional yang didirikan pada akhirnya yang mengisi perjuangan bangsa Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan. Sebelum terjadi peristiwa kemerdekaan, didahului oleh peristiwa monumental yang ditandai dengan kelahiran Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.
Beberapa faktor yang mendorong munculnya literasi kebangsaanÂ
Literasi kebangsaan yang diprakarsai oleh kaum terpelajar tidak muncul secara tiba-tiba. Kelahirannya tidak bisa dilepaskan dari kebijakan baru pemerintah kolonial yaitu Politik Etis yang diterapkan sejak tahun 1901. Ada tiga sasaran Politik Etis yang dicanangkan yaitu edukasi, irigasi dan emigrasi. Maka sejak periode tersebut kaum pribumi ("khususnya kaum priyayi") diberikan kesempatan untuk menimba pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah Belanda. Buah diselenggarakanya pendidikan bagi kaum pribumi adalah lahirnya kelas sosial baru di Indonesia yaitu kaum terpelajar. Kelompok baru inilah yang akhirnya berhasil melakukan literasi kebangsaan. Wujud nyata literasi kebangsaan tersebut adalah lahirnya Budi Utomo 1908. Organisasi ini akhirnya memunculkan inspirasi para tokoh bangsa dan pejuang bangsa untuk mendirikan organisasi perjuangan dengan visi yang lebih tajam dan kritis. Organisasi tersebut antara lain Sarikat Islam, Indiche Partij, PNI, Perhimpunan Indonesia, Muhammadiyah, dll. Makin banyak organisasi tersebut mengindikasikan bahwa literasi kebangsaan makin banyak diminati oleh kaum nasionalis. Walaupun cara dan strategi mereka tidaklah sama, namun tujuanya adalah kemerdekaan bangsa Indonesia.