Bulan syawal juga banyak diwarnai aktivitas pertemuaN keluarga "trah". Kegiatan ini juga memanfaatkan momen idul fitri. Sehingga bulan syawal menjadi magnit bagi banyak keluarga yang ingin menghimpun anggota keluarganya.
Pertemuan "Trah" itu penting. Sebab selain sebagai forum mendoakan kedua orang tua (yang sudah meninggal), juga sebagai forum silaturahmi keluarga inti dan orang-orang yang berasal dari satu keturunan. Maka acara yang diselenggarakan semestinya bernuansa silaturahmi.
Bulan syawal di semua lini masyarakat banyak digelar pertemuan keluarga "trah" atau "bani". Apakah itu di desa maupun kota. Mereka berusaha menghimpun semua keluarga yang berasal dari berbagai daerah.
Semangat bertemu keluarga inilah yang mendorong seseorang tidak melihat jauhnya jarak, capek maupun alasan lainnya. Bertemu anggota keluarga adalah cita-cita semua orang.
Temu "Trah" atau Temu Gengsi?
Tidak semua orang yang berasal dari satu silsilah dapat menjadi orang-orang yang sukses. Biasanya ukuran yang digunakan adalah keberhasilan ekonomi. Amatan penulis, anak kembar pun bisa mempunyai keberuntungan hidup masing-masing.
Oleh sebab itu harus ada usaha maksimal dari para sesepuh keluarga agar kegiatan tersebut tidak bergeser menjadi ajang kompetisi gengsi.
Pertanyaan ini sebagai respon atas munculnya fenomena kegiatan temu "trah" yang bisa dikategorikan salah arah. Mengapa demikian?
Sebab ada juga pertemuan keluarga "trah" digunakan sebagai media tampil diri atas keberhasilannya secara ekonomi. Sehingga tema silaturahminya bergeser dari tujuan utamanya. Maka akan mengganggu dan menghambat rajutan silaturahmi yang dirancang sebagai tujuan utama.
2 Hal penting yang wajib dipahami dalam kegiatan Temu "Trah"