Pertemuan "trah" itu kemudian menyepakati penulisan buku jejak perjuangan ayah dan ibu almarhum untuk dikenalkan kepada menantu, cucu dan cicit. Pertemuan yang diagendakan rutin dengan bergantian tempatnya, semoga dapat menjadi rajutan silaturahmi antar keluarga inti dan keluarganya dalam rangka menjaga keutuhan keluarga satu keturunan. Selanjutnya akan dilakukan identifikasi semua anggota keluarga, sehingga bisa mempunyai album keluarga trah.
Menuju Madura Melintasi Jembatan Suramadu
Penulis bersama istri, serta anak dan cucu, berangkat dari Magelang menuju Sidoarjo. Jalan tol yang dilalui dari pintu masuk Kartosuro sampai Pintu Tol Warugunung Sidoarjo masih lengang. Sehingga masih bisa memacu kendaraan walau masih tetap memperhatikan aturan kecepatan berkendara di jalan Tol. Â Alhadulillah walaupun harus keluar masuk pintu tol karena bingung, akhirnya bisa menemukan alamat yang dituju. Setelah acara selesai, masing-masing mempunyai agenda sendiri. Kami mengagendakan ke Madura. Keluarga lain ada yang langsung pulang, ada pula yang ke Wonokromo, ada pula yang melanjutkan perjalanan ke Kediri. Â
Menuju Madura, tentu melewati jembatan yang monumental yang menghubungkan Surabaya dan Madura. Yang pasti jembatan Sumadu. Hari raya ke empat, kendaraan yang melintas masih sedikit, sehingga tampak lengang. Sambil menikmati udara laut yang sedang menyapa kami sekeluarga, penulis mencoba mengabadikan jembatan yang megah itu, untuk sekedar mempunyai kenangan dan bukti pernah menginjakkan kaki di bumi perjuangan Trunojoyo tersebut.
Setelah menikmati udara jembatan Suramadu, sekedar berkeliling menikmati udara Kota Bangkalan, sambil melihat-lihat kehidupan ekonomi masyarakat yang ada di sekitar jembatan. Ada yang jualan souvenir khas Madura, tahu khas Madura, serta krupuk yang juga khas Madura. Pemandangan ini menunjukkan bahwa di setiap daerah di wilayah Nusantara tercinta mempunyai kekhususan dalam menghidupkan roda ekonomi keluarga.Â
Usai sudah perjalanan wisata ke Madura, selanjutnya putar balik menuju kampung halaman di Magelang. Perjalanan dari pintu Tol Warugunung Sidoarjo sampai pintu Tol Kartosuro, masih relatif sepi. Namun jelang 17 KM menuju pintu Tol Salatiga terjadi kemacetan yang lumayan panjang. Hampir 1,5 jam kami harus dengan sabar menikmati jalan macet menuju pintul Tol Salatiga. Alhamdulillah semua berakhir.
Pertemuan keluarga "trah" atau "bani" esensinya adalah menghimpun semua anggota keluarga yang berasal dari satu induk keturunan (ayah). Langkah tersebut sebagai upaya untuk mewujudkan rasa hormat kepada orang tua yang sudah sangat berjasa dalam kehidupan kita. Semoga tahun depan masih dapat menjalin silaturahmi dengan keluarga yang terwadai dalam keluarga bani.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H