Idul Fitri dan silaturahmi seakan menyatu dalam integrasi sosial budaya masyarakat kita. Padahal kedua hal tersebut mempunyai latar belakang dan tujuan yang berbeda. Idul fitri terkait dengan puasa ramadan yang dijalankan oleh umat Islam. Idul fitri merupakan puncak perjuangan umat Islam dalam menempa jiwanya selama satu bulan penuh. Maka idul fitri menjadi simbolisasi kemenangan dalam perjuangan. Sehingga idul fitri tetap dalam konteks ibadah. Namun sampai pada ritual salat idul fitri. Setelah kegiatan salat idul fitri, sudah tidak termasuk ritual peribadatan.
Sedangkan latar belakang silaturahmi bisa muncul dari beberapa hal. Misalnya sudah lama tidak bertemu, interaksi sosial yang pernah tergores maupun keingingan memperbanyak jejaring. Oleh sebab itu dalam silaturahmi lebih bersifat muamalah (ibadah sosial). Sehingga dalam silaturahmi lebih mengarah pada upaya saling memberi, menghargai satu dengan lainnya, maupun upaya membangun solidaritas.
Namun dalam realitanya, praktik silaturahmi dipandang mempunyai nilai yang lebih kalau dilaksanakan dengan menggunakan momen hari raya idul fitri. Maka pada hari raya, setelah salat idul fitri dijalankan, umat Islam melakukan kegiatan saling kunjung antar teman, tetangga bahkan saudara. Aktivitas ini biasa disebut dengan silaturahmi. Proses demikian berjalan dari generasi ke generasi, sehingga tanpa sadar kegiatan silaturahmi menjadi budaya baru di masyarakat. Bahkan budaya tersebut akhirnya diadopsi oleh teman-teman selain Islam yang turut serta memeriahkan. Â Â
Intinya, silaturahmi pada hari raya idul fitri dipandang penting oleh masyarakat. Mengingat pentingnya silaturahmi, maka penting bagi kita untuk mengetahui prinsip-prinsip silaturahmi di hari idul fitri. Beberapa prinsip tersebut antara lain:
2 Prinsip Silaturahmi di Hari Raya Idul Fitri
Prinsip yang terpenting dalam silaturahmi di hari idul fitri adalah saling memaafkan. Urgensi prinsip ini adalah terjalinya kembali hubungan sosial seseorang dengan orang atas dasar saling merasa salah, sehingga harus meminta maaf dan siap untuk memberi maaf. Langkah ini merupakan upaya menciptakan suasana kondusif. Kondisi demikian relevan dengan hari idul fitri yang merupakan hari kemenangan. Dalam konteks ini maka saling memaafkan merupakan prinsip yang sesuai dengan momen yang sedang terjadi.
Mengapa harus saling memaafkan? Sebab tak satupun manusia yang bisa bebas dari kesalahan terhadap orang lain. Kecenderungan yang paling sering adalah orang-orang yang sering berada di lingkaran kita terdekat baik secara horizontal maupun vertical. Misalnya siswa membincang kelemahan gurunya adalah contoh yang paling sering terjadi di sekolah akibat layanan pembelajaran yang dianggap belum berpihak. Atau sebaliknya guru terhadap siswanya dengan memberikan label-label negatif kepada siswanya. Guru kepada kepala sekolah juga bisa menjadi contoh.Â
Tanpa sadar ketika guru membincang kepala sekolah tentang layanan kebijakan yang dianggap belum sesuai harapan, bahwa hal tersebut juga berbuat dosa atau sebaliknya. Teman sekantor, teman sekomunitas,dll. Maka prinsip saling memaafkan hendaknya menjadi kebutuhan dalam silaturahmi, sehingga pasca idul fitri semua berada dalam kondisi dengan spirit baru.
2. Mempererat tali persaudaraan