Memahami ciri kurikulum berkualitas bagi guru adalah penting. Sebab langkah tersebut mendorong guru untuk bisa beradaptasi dengan tuntutan kualitas masing-masing kurikulum. Secara teknis kurikulum merdeka menampilkan ciri kualitas kurikulumnya melalui konsep pembelajaran berdiferensiasi. Secara garis besar, esensinya tidak berbeda jauh dengan kurikulum sebelumnya (2013). Namun karakteristik kualitas kurikulum merdeka lebih ditampakkan pada proses pembelajaran berdiferensiasi.Â
Pembelajaran berdiferensiasi memang menjadi ujung tombak implementasi kurikulum merdeka. Sebab kurikulum merdeka lebih memosisikan peserta didik sebagai subyek yang memiliki keunikan yang perlu dikembangkan sesuai keunikannnya.Â
Walaupun tidak bisa secara individual, namun secara implementataif menuntut guru pada keragaman peserta didik yang terdiri dari kesiapan belajar, minat dan profil (gaya belajar). Ketiga hal ini yang wajib dipahami guru dalam memberikan layanan pembelajaran berdiferensiasi.Â
Terdapat 5 ciri kurikulum berkualitas ala kurikulum merdeka melalui proses pembelajaran berdiferensiasi. Kelima ciri tersebut antara lain:
1) Memiliki tujuan yang jelas
Ciri pertamanya adalah memiliki tujuan yang jelas yaitu berorientasi pada peserta didik. Mengingat inspirasi kurikulum merdeka adalah Ki Hajar Dewantara, maka tujuan yang digariskan dalam kurikulum merdeka melalui pembelajaran berdiferensiasi adalah menjadikan peserta didik sebagai subjek pembelajaran yang mempunyai keunikan. Maka pembelajaran harus dirancang dengan memperhatikan keunikan peserta didik agar mereka dapat mengembangan kreativitasnya dan mengenali potensi diri sejak dini.
Oleh sebab itu peran guru dituntut dapat memberikan pemahaman tentang materi pelajaran yang ada di benak peserta didik, sehingga pada saatnya dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. Maka langkah guru meminta peserta didik menghafal materi tanpa sinergi dengan langkah-langkah yang eksploratif, sudah tidak dibenarkan.Â
Sehingga intensitas metode ceramah harus banyak dikurangi. Menurut penulis, ceramah digunakan sebagai upaya memahamkan dan menekankan konsep materi yang sedang dibahas oleh guru bersama peserta didik agar tidak salah konsep. Â
Di lain pihak, guru juga dituntut memahami teori belajar konstruktivisme. Sebab pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran berdiferensi adalah konstruktivisme. Suatu pendekatan yang meyakini bahwa peserta didik sudah mempunyai pengetahuan (walaupun masih minimal, berserakan) tentang materi pelajaran yang dibahas guru. Sehingga tugas guru adalah menyusun kembali pengetahuan yang sudah ada (mengkonstruk) agar bisa tertata dengan baik, sistematis, maksimal dan mendalam.
2) Mampu membawa peserta didik pada pengertian dan pendalaman  tentang materi pelajaran yang dibahas
Tugas penting yang perlu dipahami guru adalah tentang peran yang harus dimainkan dalam pembelajaran berdiferensiasi. Peran guru dalam menggelar aksi pembelajaran harus diubah dari langkah instruktif menjadi kolaboratif dan partisipatif.
Langkah ini bukan langkah yang sederhana, sehingga membutuhkan kemauan kuat setiap pribadi guru agar mau merubah mindset. Sebab merancang pembelajaran yang kolaboratif dan partisipatif membutuhkan keterbukaan wawasan setiap pribadi guru dalam menjalankan tugas profesinya melayani pembelajaran peserta didik dengan materi pelajaran yang menekankan pada pengertian dan pendalaman tentang materi pelajaran yang dibahas.
Dalam melakoni peran tersebut guru dituntut mampu memahami aneka metode, aneka media, aneka model pembelajaran, aneka strategi pembelajaran maupun aneka teknis pembelajaran yang sesuai tuntutan kualitas kurikulum.
Pada saat guru berperan mentranfer pengetahuan agar peserta didik menguasai materi (hafal), guru hanya membutuhkan waktu satu malam dalam menyiapkan materi. Namun ketika guru dituntut berperan menanamkan pemahaman konsep, menganalisis, mendorong berpikir kritis untuk mendalami materi yang dibahas, tentu membutuhkan persiapan ekstra.Â
Di sinilah, guru diuji kompetensi profesionalnya dalam memberikan layanan pembelajaran yang berorientasi pada tuntutan kualitas kurikulum. Oleh sebab itu guru perlu kembali pada kithahnya yaitu menguasai kompetensi pedagogik dan kompetensi professional. Dua kompetensi tersebut yang dapat dijadikan acuan guru dalam beradaptasi terhadap tuntutan kualitas kurikulum apapun.
3) Terlibatnya peserta didik dalam proses pembelajaran
Ciri kualitas berikutnya adalah terlibatnya peserta didik dalam proses pembelajaran. Secara proses kurikulum sebelumnya juga merekomendasikan agar pembelajaran dapat melibatkan peserta didik. Bahkan secara khusus pada kurikulmum 2013 merekomendasikan Projec Based Learning, Problem Based Learning, Discovery Learning dan Inquiry Learning. Empat rekomendasi kurikulum 2013 tersebut memosisikan peserta didik terlibat/berpartisipasi  dalam pembelajaran.
Namun dalam kurikulum merdeka, terlibatnya peserta didik dalam pembelajaran berada dalam bingkai proses pembelajaran berdiferensiasi. Oleh sebab itu ketika guru dalam menjalankan kurikulum merdeka dalam pembelajaran tidak melibatkan peserta didik, jelas peran dijalankan tidak mencerminkan tuntutan kualitas kurikulum merdeka.
Terkait dengan hal ini, maka penerapan aneka model, pendekatan, metode maupun media pembelajaran menjadi kata kunci keberhasilan dalam mencapai kualitas pembelajaran yang ditandai dengan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran.
4) Bersifat teaching up (tidak satupun peserta didik berhenti dalam proses pembelajaran)
Ada tuntutan kualitas kurikulum dalam pembelajaran berdiferensiasi yaitu adanya jaminan guru bahwa tidak satupun peserta didik yang berhenti (tertinggal) dalam proses pembelajaran. Kondisi demikian disebut dengan teaching up.Â
Maka dalam pembelajaran berdiferensiasi guru dituntut menuntaskan semua peserta didiknya melalui bimbingan dan pendampingan secara personal. Inilah yang menjadi karakteristik special pembelajaran berdiferensiasi. Maka konsep kualitas kurikulum juga ditandai dengan tuntasnya semua peserta didik dalam proses pembelajaran.
5) Menantang semua peserta didik
Ciri kualitas kurikulum berikutnya adalah bagaimana guru bisa merancang dan melaksanakan proses pembelajaran yang bisa menantang semua peserta didiknya yang mempunyai perbedaan. Untuk mewujudkan langkah tersebut guru perlu memberikan tugas-tugas pendalaman materi dari tingkat mudah sampai tingkat rumit.Â
Pembelajaran yang menantang dapat dilakukan untuk mengembangan berpikir kreatif dan berpikir kritis. Berpikir kreatif peserta didik bisa dilatih dengan Creatif Problem Solving. Berpikir kritis peserta didik dapat dilakukan dengan penerapan Problem Based Learning dan Projec Based Learning.
Dalam proses pembelajaran yang menantang, peserta didik diberikan suguhan masalah yang perlu dibahas oleh peserta didik baik secara personal maupun kelompok.
Peran guru untuk menyangga lima ciri tersebut terletak pada motivasi dan perubahan pola pikir guru terhadap dinamika pendidikan (pembelajaran) yang terus bergulir. Pada hakikatnya guru adalah hidden curriculum. Sebab pada diri guru bersemayam motivasi, spirit kemajuan bangsa dan jihad profesi yang siap dikumandangkan demi keberhasilan peserta didiknya dunia akhirat.
Referensi:
Mariati Purba, dkk. 2021. Naskah Akademik Prinsip Pengembangan Pembelajaran Berdiferensiasi Pada Kurikulum Fleksibel Sebagai Wujud Merdeka Belajar. Kemeneterian Pendidikan Kebudayaan, Dan Teknologi. Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Pusat Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H