Perjalanan hidup semua orang pasti meninggalkan cerita bagi lingkungannya. Tak terkecuali kita yang mempunyai profesi ASN (Aparatur Sipil Negara). Pada saat menjalankan tugas juga bisa meninggalkan cerita-cerita yang inspiratif. Namun cerita-cerita inspiratif juga bisa terjadi saat purna tugas melalui kegiatan pengabdian di masyarakat. Seperti cerita hidup pak Ikhsan (bukan nama sebenarnya).
"Pak Ikhsan adalah ASN yang bekerja di pemerintah kabupaten. Beliau salah satu kepala kantor di dinasnya. Sebagai kepala, beliau mempunyai anak buah yang jumlahnya terbilang ratusan. Sekian banyak anak buahnya selalu diajak untuk selalu beribadah. Mengingat beliau beragama Islam, beliau selalu mengajak semua anak buahnya menjalankan shalat berjamaah (khususnya shalat dhuhur). Sikap ramah dan santun selalu ditampilkan sehari-hari kepada anak buahnya.
Menjabat sekitar 4 tahun. Akhirnya pak Ikhsan memasuki masa purna tugas. Tentu banyak anak buahnya yang menangisi. Sebab selama itu, baru figur pak Ikhsanlah yang dapat membuat bekerja berdasar kultur dan sistem. Namun apapun alasanya, beliau tetap dibatasi usia pengabdian.
Pada awal-awal purna tugas, beliau selalu tidak absen menjalankan shalat lima waktu secara berjamaah. Hingga suatu waktu, beliau bilang kepada pengurus takmir ingin menjadi takmir yang mengurusi tentang sarpra. Tentu saja keinginan tersebut diterima dengan senang hati.
Sejak itu beliau bangun jam tiga malam untuk berangkat ke masjid untuk menjalankan shalat tahajud. Setelah shalat selesai dikerjakan, beliau mengambil air dari sumur (menimba) untuk mengisi bak air wudhu dan bak kamar mandi di masjid tersebut. Selanjutnya mengepel tempat wudhu dan kamar mandi. Pekerjaan demikian dilakukan bertahun-tahun tanpa ada satupun pengurus yang tahu. Sesekali beliau mengepel masjid. Di saat ngepel masjid, beberapa pengurus juga tahu. Akhirnya mereka juga membantu mengepel. Suatu kali beliau sakit dan akhirnya meninggal dunia. Â Saat sakit tentu beliau tidak bisa pergi ke masjid. Tidak lama kemudian, beliau meninggal dunia.
Sehari-dua hari setelah beliau meninggal, kondisi air di bak wudhu dan bak kamar mandi masjid tanpa disadari terus berkurang. Sampai akhirnya bak tempat wudlu dan kamar mandi habis. Kondisi tempat wudhu dan kamar mandi makin terbengkelai menjadi tidak terurus.
Pada saat itulah para pengurus tanpa sadar mengingat pak Ikhsan. Obrolan demi obrolan akhirnya membuat dugaan kuat bahwa yang mengepel kamar mandi masjid dan mengisi air bak adalah pak Ikhsan. Sebab kondisi air dan kebersihan tempat wudlu dan kamar mandi saat beliau masih ada tidak pernah ada masalah. Namun setelah beliau meninggal, bak tempat wudlu dan kamar mandi selalu kosong airnya dan kotor lantainya. Segenap pengurus takmir akhirnya berkesimpulan bahwa penuhnya air bak wudlu dan kamar mandi serta bersihnya lantai kamar madi dan tempat wudlu adalah kerja pak Ikhsan. Sebab selama beliau belum meninggal kondisi kamar mandi dan tempat wudlu selalu bersih dan airnya selalu penuh."
Dari kisah tersebut terdapat beberapa nilai yang bisa dijadikan sebagai inspirasi mengisi waktu masa purna tugas.
1) Orientasi hidup yang tepat
Hal ini nampak pada pilihan kegiatan yang dilakukan. Dia melamar (minta izin) kepada pengurus takmir untuk menjadi petugas "sarana prasara" masjid. Tugas yang oleh sebagian besar orang dipandang sederhana bahkan remeh. Namun tugas itu dia ambil sebagai aktivitas rutin yang dilakukan setiap hari hingga akhir hayatnya.