Apabila nilai-nilai kearifan lokal tersebut tidak diindahkan, seseorang akan menikmati hal-hal yang tidak diinginkan terjadi dalam kehidupan yang dijalaninya. Peribahasa tersebut mengingatkan agar manusia tidak terjebak dengan syahwat kekuasaan.
2 Peribahasa Yang Penting Kita Jadikan Pengendali Syahwat KekuasaanÂ
Semua kita membutuhkan apa yang disebut dengan kekuasaan. Sebab dengan kekuasaan tersebut seseorang dapat memobilisasi orang lain, mendapatkan popularitas dan penghasilan.Â
Melalui kekuasaan yang dimiliki, seseorang bisa melakukan perubahan ke arah kebaikan dan kemaslahatan. Sehingga masyarakat dapat merasakan buah kekuasaan yang dimilikinya.
Namun kekuasaan juga dapat mendorong seseorang terhinggapi syahwat kuasa  yaitu suatu keinginan menggunakan kekuasaan yang dimiliki untuk menebarkan kemaksiatan dan perilaku angkaramurka.Â
Sehingga ucapan, perilaku dan tindakannya cenderung menampilkan egoisme, arogansi maupun keserakahan. Semua itu hakikinya adalah syahwat kekuasaan yang diidap oleh orang yang haus dengan kekuasaan.Â
Nenek moyang kita telah mengingat hal-hal demikian melalui kemasan peribahasa. Â Setidaknya ada dua peribahasa yang bisa dijadikan sebagai pengendali syahwat kekuasaan.
1) Ojo Dumeh yen Kaweleh
Peribahasa bahasa Jawa tersebut merupakan salah satu kearifan lokal masyarakat Jawa yang mempunyai nilai kehidupan yang mulia.Â
Dilansir dari lpmpjateng.go.id, Ojo berarti jangan, Dumeh dapat diterjemahkan mentang-mentang. Sedangkan kaweleh berasal dari kata weleh yang berarti piwales (balasan yang setimpal).
Peribahasa tersebut jika dikaitkan dengan kekuasaan dapat diterjemahkan, jangan mentang-mentang mempunyai kekuasaan, terus bertindak semena-mena. Sebab akan mendapatkan balasan yang setimpal dengan sikapnya yang semena-mena tersebut.