Mohon tunggu...
cipto lelono
cipto lelono Mohon Tunggu... Guru - Sudah Pensiun Sebagai Guru

Menulis sebaiknya menjadi hobi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Langkah Guru Melakukan Optimalisasi Pembelajaran Daring

23 Agustus 2021   08:39 Diperbarui: 23 Agustus 2021   11:29 2272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tantangan guru dalam setiap situasi adalah mengoptimalkan proses pembelajaran. Sebab optimalnya proses pembelajaran akan menjadikan berkembangnya segenap potensi peserta didik. Baik potensi kognitif, sikap maupun keterampilan. Proses inilah yang menjadikan pembelajaran menjadi "meaningful learning".

Parameter sederhana yang bisa dipakai untuk melihat optimalnya proses pembelajaran adalah keterlibatan peserta didik secara penuh dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu langkah guru dalam merancang pembelajaran dintutut realistik dan implementatif.

Realistik yaitu langkah melihat kondisi riil peserta didik yang menjadi tanggungjawabnya. Oleh Sebab itu guru harus menghindarkan diri dari langkah "copy paste" penyusunan rancangan pembelajaran. Sebab, selain hanya bersifat formalitas-administratif, langkah tersebut juga akan menghalangi guru dalam mengembangkan inovasi dalam menjalankan tugas profesinya.

Kurangnya inovasi guru dalam merancang proses pembelajaran akan berdampak pada output pembelajaran yang tidak maksimal. Hal ini akan berdampak pada tidak maksimalnya dalam pengembangan potensi peserta didik.

Sedangkan implementatif bahwa rancangan yang disusun oleh guru memang dapat dijalankan di tengah-tengah peserta didiknya. 

Oleh sebab itu, terdapat pantangan bagi guru dalam menyusun rancangan pembelajaran yaitu "copy paste" dan "plagiasi" rancangan pembelajaran pihak lain.

Bagaimana langkah guru dapat mengoptimalkan pembelajaran daring? 

Kuncinya terdapat penyusunan Rancangan Pembelajaran (RPP) daring. 

Ada beberapa langkah penyusunan RPP agar dapat mengoptimalkan pembelajaran daring.

1. RPP yang disusun hendaknya menyajikan kegiatan pembelajaran yang bisa dilaksanakan

Penyajian kegiatan pembelajaran agar bisa dilaksanakan didasarkan pada opsi guru memilih pendekatan, model dan media yang akan digunakan. Kurikulum 2013 merekomendasikan agar guru menggunakan pendekatan saintifik. 

Pendekatan ini menekankan pada 4 model pembelajaran, yaitu Discovery Learning, Inquiry Learning, Problem Based Learning (PBL) dan Projec Based Learning (PjBL). 

Terkait dengan pendekatan tersebut, maka guru dalam menyusun rancangan pembelajaran sudah diberi rambu-rambu model pembelajaran yang ideal.

Oleh sebab itu, guru tinggal memilih model-model pembelajaran tersebut yang sesuai yang memungkinkan untuk bisa dijalankan dalam proses pembelajaran daring. 

Hal yang pasti dalam pembelajaran daring guru dituntut cermat memahami kondisi riil peserta didik. 

Pemahaman karakteristik terhadap peserta didik secara cermat, akan membantu guru tepat memilih model, maupun media dalam pembelajaran

Demikian juga pemilihan metode. Apabila kondisi kelas tidak memungkinkan untuk diskusi, maka jangan digunakan diskusi. Sebab akan berdampak bahwa rancangan pembelajaran guru tidak dapat dilaksanakan di lapangan. 

Metode diskusi dalam pembelajaran tatap muka saja belum tentu bisa diterapkan di semua kelas, apalagi dalam pembelajaran daring.

Dengan kata lain prinsip dasar rancangan pembelajaran agar dapat dijalankan harus didasarkan pada kondisi riil yang dihadapi peserta didik. 

Sekali lagi pemahaman terhadap karakteristik peserta didik akan membantu guru dalam menyusun rancangan pembelajaran agar dapat dilaksanakan di dalam kelas daring. 

Hal terpenting juga penggunaan aplikasi untuk pembelajaran daring juga harus dikuasai guru dan ramah dengan kondisi rill peserta didik.

Contoh guru mengajar di sekolah yang kondisi geografisnya pegunungan. Kondisi sosial ekonomi orang tua menengah ke bawah (buruh tani, buruh pabrik,dll). 

Karakteristik kelas yang diajar disiplin, kehadiran, motivasi belajar baik. Namun terdapat 5 sampai 6 peserta didik yang dapat mengomunikasikan dengan baik. 

Menyikapi ilustrasi tersebut guru busa memilih model discovery learning dengan metode tanya jawab, eksplorasi, dll.

2. Kegiatan inti pembelajaran harus menyajikan sintak pembelajaran 

Bagi guru, kegiatan inti pembelajaran adalah ukuran kualitas layanan pembelajaran yang dijalankan. Sebab kegiatan inti merupakan parameter terpenting dalam menentukan berhasil tidaknya guru memberikan layanan pembelajaran.

Parameter utama dalam kegiatan inti, yaitu adanya "sintak" pembelajaran. Sintak pembelajaran adalah langkah-langkah (urutan) yang dilakukan guru dari awal sampai akhir layanan pembelajaran. 

Penentuan sintak ditentukan oleh pendekatan dan model pembelajaran. Pemilihan pendekatan dan model pembelajaran akan mendorong guru melakukan identifikasi metode, media, alat bantu pembelajaran lain yang mendukung tercapaianya tujuan pembelajaran.

Sebagai sutradara dalam pembelajaran, maka guru dituntut kreatif dalam menampilkan memainkan aneka karakter peserta didiknya dengan balutan pendekatan pembelajaran, model pembelajaran, media dan alat bantu pembelajaran serta metode yang diterapkan dalam pembelajaran agar bisa berhasil mencapai tujuan pembelajaran yang dirancang.

Menjadi sutradara yang baik dalam pembelajaran tidak semudah membalik tangan. Dengan kata lain tetap melalui proses panjang. Hanya guru yang mau belajar dari kekuarangannya merekalah yang akan bisa mengembangkan kualitas profesinya. 

Kunci terpenting semua ini adalah "membaca, menulis dan mau bertanya." Tanpa itu sepertinya sulit dalam memosisikan sebagai sutradara yang "baik" di dalam kelas.

Beberapa hal penting yang perlu dipahami dalam merancang kegiatan inti pada pembelajaran daring:

  1. Pemilihan model pembelajaran yang memungkinkan diterapkan dalam pembelajaran daring.
  2. Pemilihan model pembelajaran, selain didasarkan pada pertimbangan penguasaan langkah-langkahnya (sintak) juga didasarkan pada kemudahan guru mencari aspek pendukung dalam penerapannya pada pembelajaran daring. Misalnya: sinyal, kemampuan peserta didik dalam menjalankan tugas-tugas pembelajaran, dll.
  3. Penerapan media, metode alat bantu pembelajaran harus berdasar pada IPK dan tujuan pembelajaran yang dirancang oleh guru dalam pembelajaran daring. Contoh: Tujuan pembelajaran, peserta didik dapat menganalisis dampak pencemaran lingkungan sebagai akibat banyaknya industri yang berdiri di sekitar perumahan warga dari berbagai aspek. Maka intrumen pembelajaran yang relevan adalah lembar kasus. Metode yang relevan antara lain tanya jawab, discovery, eksplorasi, diskusi (jika memungkinkan), dll. Aplikasi internet yang digunakan harus didasarkan pada kemampuan guru dalam mengoperasionalkan dan tidak memberatkan peserta didik

3. Sintak yang disusun berdasar pada satu model pembelajaran

Dalam pembelajaran daring jika guru ingin menggunakan pendekatan saintifik, maka yang memungkinkan adalah menerapkan model discovery learning, inquiry learning, dan problem based learning. 

Untuk Project Based Learning (PjBl) jika guru ingin menerapkan memerlukan persiapan yang lebih cermat terkait dengan kondisi riil yang dihadapi peserta didik.

Sebagai salah satu upaya memaksimalkan pembelajaran daring, sintak pembelajaran didasarkan pada satu model pembelajaran. Dengan kata lain dalam satu KD sebaiknya guru menggunakan satu model saja.

Apakah tidak boleh menggunakan lebih dari satu model? 

Boleh, tetapi guru harus memiliki kesiapan yang lebih. Baik instrumen, pemahaman karatertik peserta didik, rancangan agar komunikasi bisa efektif, dll. 

Oleh sebab itu dalam penggunaan satu model dalam satu KD harus didasarkan analisis KD yang teliti agar dalam memilih model pembelajaran bisa dijalankan.

Beberapa sintak model pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang memungkinkan dapat diterapkan dalam pembelajaran daring adalah:

a. Sintak Model Discovery Learning Meliputi:

  • Pemberian rangsangan (Stimulation);
  • Pernyataan/Identifikasi masalah (Problem Statement);
  • Pengumpulan data (Data Collection);
  • Pengolahan data (Data Processing);
  • Pembuktian (Verification), dan
  • Menarik simpulan/generalisasi (Generalization)

b. Sintak Model Inkuiry Learning Meliputi:

  • Orientasi masalah;
  • Pengumpulan data dan verifikasi;
  • Pengumpulan data melalui eksperimen;
  • Pengorganisasian dan formulasi eksplanasi, dan
  • Analisis proses inkuiri

c. Sintak Model Problem-based Learning Meliputi:  

  • Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar
  • Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok
  • Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
  • Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Untuk sintak model Projec Based Learning (PjBl) memerlukan tahapan yang relative lebih rumit.

4. Di Dalam RPP Harus Mencantumkan Karakter dan Literasi

Salah satu parameter optimalnya pembelajaran daring adalah adanya muatan nilai karakter dan kegiatan literasi. 

Karakter setidaknya lebih ditekankan pada kejujuran, tanggung jawab, disiplin, kerja keras. 

Sedangkan literasi setidaknya ditekankan pada kebiasaan membaca dan menulis hal-hal yang berkaitan dengan materi yang diajarkan guru. Maka kegiatan literasi setidaknya diarahkan pada kemampuan peserta didik untuk:

  • Membaca teks atau materi pelajaran
  • Menemukan informasi yang tersurat
  • Menemukan informasi yang tersirat
  • Membaca informasi detil
  • Membaca informasi mendalam
  • Membuat kesimpulan

Selain karakter dan literasi, di dalam RPP daring juga dituntut adanya implementasi keterampilan abad 21 yaitu kreativitas, berpikir kritis, kerja sama dan komunikasi.

Berdasar uraian di atas dapat diketahui bahwa penyusunan RPP daring menjadi kunci optimalnya pembelajaran daring. 

Agar RPP daring dapat mengoptimalkan pembelajaran daring, maka perlu dilengkapi lampiran: resume materi, Lembar Kegiatan Pembelajaran Daring (LKPD), Lembar Observasi Penilaian Sikap Pembejaran Daring (LOPSPD). 

Kegiatan literasi dan keterampilan berpikir dapat dirancang di LKPD, sedangkan pendidikan karakter dapat dirancang LOSPD. 

Semoga bermanfaat.

Referensi:

  1. Miftahul Huda.2016. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-isu Metodis dan Paradigmatis.Yogjakarta.Pustaka Pelajar.
  2. Yoki Ariyana,M.T, dkk. 2018. Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Jakarta. Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun