Zaman sudah berubah. Pada umumnya orang menilai (khususnya wanita) sosok laki-laki sukses adalah kaya dan tampan. Maka seorang wanita ketika dikenal laki-laki yang kaya dan tampan pada umumnya cenderung menerima atau membuka pintu hati. Ternyata kedua hal tersebut sekarang sudah tidak lagi menjadi ukuran atau patokan.
Mengapa ukuran sukses laki-laki bukan lagi kaya? Mungkin saja kekayaan dipandang sebagai sesuatu yang relatif. Sebab ukuran kaya masing-masing orang tidak sama. Pada umumnya ukuran kaya adalah keberhasilan seseorang mempunyai harta benda melimpah. Sebab dengan harta benda yang melimpah seseorang bisa memenuhi kebutuhan apa saja yang diinginkan. Namun faktanya ada juga yang sudah melimpah hartanya masih juga tidak bahagia.
Namun ada juga yang bisa makan sehari-hari, mempunyai rumah (walaupun sederhana), bisa memenuhi kebutuhan sandang pangan sesuai kondisi, bisa menyekolahkan anak-anak minimal S1, bisa berinfaq dan sedekah, bagi yang muslim bisa menunaikan ibadah haji.
Ukuran tersebut adalah bukti bahwa kaya itu bersifat relatif. Perkembangan pemikiran demikianlah yang akhirnya mendorong pikiran tentang ukuran laki-laki sukses bukan lagi kekayaan.
Mengapa ukuran sukses laki-laki bukan tampan? Mungkin saja tampan juga mempunyai ukuran yang relatif. Tampan menurut wanita A belum tentu tampan menurut B. Hal tersebut membuktikan bahwa tampan itu sesuatu yang tidak mempunyai rumus yang pasti. Toh pada usia 50 ke atas tampan itu sudah mulai kabur. Maka sudah tidak tepat lagi menjadikan tampan sebagai patokan.
Toh kenyataannya tidak mungkin tampan bisa memenuhi kebutuhan sandang, pangan maupun papan bagi rumah tangganya. Masyarakat sehari-harinya membutuhkan sandang, pangan dan papan bukan semata-mata tampan semata.
![Sumber: dokumentasi pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/06/08/laki3-60beb7b78ede4856202bff03.jpg?t=o&v=770)
Demikianlah gambaran sukses laki-laki menurut pemilik mobil dengan nomor AA 8641 FG yang menuliskan slogan di bemper belakang mobil tersebut dengan tulisan "Sugih Bukan Ukuran, Ganteng bukan Patokan. Sing Penting Pinter Golek Sandang Pangan".Â
Mungkin saja pemilik mobil ini menitipkan nilai-nilai kehidupan agar kita menjadi orang yang ulet, inovatif dan kreatif yang langgeng dalam mengarungi kehidupan. Bukan kaya dan tampan yang akan bisa hilang sewaktu-waktu. Salam!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI