Pada tiap bulan ruwah (sebelum bulan Ramadhan) banyak masyarakat yang melakukan kegiatan "nyadran" di tempat ini yaitu kegiatan yang bertujuan mengirimkan doa pada leluhur, salah satunya adalah doa untuk Pangeran Diponegoro.
Langkah-langkah tersebut merupakan upaya riil masyarakat melestarikan budaya dan simbol-simbol kebesaran Pangeran Diponegoro.
Ketiga, mewariskan nilai-nilai kepahlawanan kepada generasi penerus.
Langkah ini dilakukan melalui proses pendidikan. Sebab di kompleks Masjid Langgar Agung ini berdiri Pondok Pesantren, Mts Pangeran Diponegoro dan MA Pangeran Diponegoro.
Melalui langkah-langkah ini proses pembelajaran sejarah dilakukan melalui saluran "kearifan lokal" dengan pendekatan "nilai agama, pendidikan dan sosial-budaya secara turun temurun. Sehingga di daerah ini resonansi jiwa heroik Pangeran Diponegoro masih tetap hidup dan bergemuruh  sampai sekarang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H