Merdeka! Merdeka! Merdeka!
Hampir setiap hari aku dengar kata-kata itu
Sepertinya kata-kata itu begitu sakral
Bahkan sakti
Bagi bangsa ini
Namun hampir setiap hari pula aku dengar kata-kata penuh kebencian
Pukul! Hajar! Bunuh! Bakar!
Provokasi demi provokasi menjelma menjadi mantra-mantra sakti
Hakim-hakim jalanan leluasa menegakkan keadilan
Jeruji-jeruji besi itu tak lagi menakutkan
Kompromi bukan lagi untuk kemaslahatan
Namun demi uang demi tahta
Kebebasan menjadi kebablasan
Tanpa ruh tanpa arah
Membutakan nalar kemanusiaan
Anak-anak kecil belajar menjadi preman
Kakek-kakek pun menjadi terdakwa pencabulan
Ketika nurani tak lagi mahal
Kepada siapa lagi kita harus mencari keadilan?
Aku pun mulai bertanya-tanya
Emak sungguhkah kita ini sudah merdeka?
Emak hanya tersenyum
Sambil memegang bahuku ia berkata lembut
Kalahkan ego dan nafsu mu dulu
Baru kau akan temukan kemerdekaan itu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H