Mohon tunggu...
Cipta Wardaya
Cipta Wardaya Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Indonesia itu indah.. Indonesia itu hebat.. Indonesia itu keren.. Banggalah menjadi jati diri Indonesia, kawan\r\n!\r\nwww.soulofcipta.blogspot.com \r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gara-Gara Mimpi Basah

10 November 2011   13:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:50 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Siang ini sepulang sekolah raut wajah Memed dibayangi mendung, tak seperti biasanya. Memang tampangnya culun abis, agak feminim, polos pula. Tapi hari ini ekspresi wajahnya beda banget sama biasannya. Seperti ada rasa penasaran amat mendalam yang menggantung di otaknya.

“Mama aku pulang ni….”, sapa Memed kepada mamanya yang lagi sibuk memasak rendang ikan kesukaannya di dapur. Seperti biasa Memed langsung menyalakan TV untuk menonton film kesayangannya, Spongbob. Walau sudah duduk di bangku SMA kelas X, Memed memang penggila setia fim kartun Spongbob. Kadang-kadang bahkan harus berebut remote TV dengan kakak perempuannya demi melihat film Upin-Ipin. Sementara kakaknya yang kuliah di jurusan Psikologi itu lebih suka sinetron-sinetron yang penuh dramastis. Sungguh dua bersaudara yang antagonis.

Setelah usai makan malam bersama di ruang keluarga, Memed langsung menuju kamarnya.

“Med….sebelum tidur jangan lupa cuci tangan, cuci kaki lalu gosok gigi juga ya!”, pesan mama kepada Memed.

“Iya ma….aku kan udah SMA. Masa masih terus diingetin gitu. Emangnya Memed anak kecil?”, jawab Memed sambil menutup daun pintu kamarnya.

Mama, ayah Memed, dan Mey (kakak Memed) hanya tersenyum sambil meneruskan obrolan di meja makan.

Memed di kamarnya masih dibuat penasaran dengan mata pelajaran Biologi yang didapatnya siang tadi. Ia teringat dengan sebuah kalimat yang diucapkan Bu Fita sang guru Biologi yang juga merupakan wali kelasnya. Kata Bu Fita, “Anak-anak…, salah satu tanda kedewasaan seorang remaja pria yaitu bila dia telah mengalami yang namanya mimpi basah. Setiap laki-laki sejati pasti akan mengalaminya”. Kenang Memed sambil tidur-tiduran di atas kasurnya yang serba pink itu.

Namun yang membuat Memed kesal saat itu adalah ejekan salah satu temannya.

“Siapa diantara kalian ini para kaum cowok yang belum pernah mimpi basah?”, tanya Bu Fita

“Memed bu…..”, celetup Budi orang sambil tertawa puas mempermalukan Memed. Budi memang terkenal anak yang paling suka iseng di kelas.

“huuuuuu……”, seisi kelas tiba-tiba terfokus ke arah Memed yang hanya bisa terdiam memaku dengan muka merah.

Setiap ingat kejadian itu rasanya Memed ingin mati saja. Masa depannya seperti telah hancur berkeping-keping. “Namun apa daya, bukankah tidak ada yang mau terlahir dengan sebutan bencis. Lalu kenapa pula sampai sekarang aku belum mimpi basah? Apa itu artinya aku bukan laki-laki sejati dan harus terima dikatain bencis sama teman-teman?”, gumam Memed ngomong sendirian di kamarnya.

***

Gara-gara ulah si Budi setiap kali berangkat ke sekolah teman-teman selalu mengejek Memed. Tidak jarang mereka mencolek-colek tubuh Memed dengan menirukan lagak seorang banci. “Hey bencis, nggak mangkal di Taman Lawang nih”?, ejek Budi sambil mentertawakan Memed. Disusul pecahnya tawa yang gaduh bersahutan dari teman-teman sekomplotan Budi.

Suatu ketika frustasi yang menjangkit Memed benar-benar mencapai titik akut. Ia memutuskan untuk mengurung diri di kamar dan bolos sekolah. Sampai-sampai orang tuanya kebingungan dengan perubahan sikap anak kesayangannya itu. Ditanya pun Memed tak mau menjawab. Diam seribu bahasa.

***

Sebulan telah berlalu. Memed tak juga masuk sekolah. Budi pun merasa kesepian karena tak ada yang bisa dijahilinya. Kelas menjadi monotan tanpa adanya Memed.

“Anak-anak…., ibu perhatikan sudah sebulan Memed tidak masuk sekolah. Ada yang tahu kenapa?”, tanya bu Fita kepada teman-teman Memed mengawali pelajaran Biologi siang itu.

Novita, teman semeja yang sekaligus sahabat terbaik Memed akhirnya angkat tangan. “Saya tahu bu, Memed malu karena sering diejek sama Budi dan kawan-kawan. Mereka menyebut Memed bencis bu. Akhirnya sekarang Memed frustasi dan mengurung diri terus di kamar”, jawab Novita menerangkan kondisi Memed kepada ibu wali kelasnya itu.

Ibu Fita akhirnya menegur Budi dan gengnya itu. Menyadarkan mereka agar tidak lagi mengejek Memed. Menasehati mereka agar tidak mendiskriminasikan Memed. Sorenya sepulang mengajar ibu Fita menjenguk Memed di rumahnya.

“Med… sudah sebulan kamu tidak masuk sekolah. Teman-teman kamu sudah pada kangen tuh. Besok kamu berangkat ke sekolah lagi ya…!”, rayu bu Fita kepada Memed.

“Nggak bu…males! Memed malu sama teman-teman. Tiap hari Budi sama gengnya itu ngatain Memed bencis. Dia juga pernah diam-diam ngebaca diary Memed, terus nyebarin gossip sama teman-teman satu sekolah kalau Memed nggak bisa mimpi basah. Memed benar-benar malu bu...”, bantah Memed.

“Oh gitu masalahnya…?”

“Nggak sesederhana yang ibu pikirkan!”, Memed memotong pembicaraan bu Fita

“Med….setiap lelaki sejati memang akan mengalami yang namanya mimpi basah. Tapi bukan berarti kamu bukan lelaki sejati kalau sampai sekarang belum mengalaminya”, tutur bu Fita mencoba menyemangati Memed.

“Sungguh bu….?!”, tanya Memed dengan wajah polosnya.

“Ngapain ibu bohong sama kamu!.Percayalah Med, yang membuat kamu sekarang kayak perempuan bukanlah karena belum mimpi basah. Itu lebih karena persepsi dalam diri kamu sendiri. Jadi, ibu minta mulai sekarang kamu harus bangkit menjadi cowok sejati. Dan buktikan sama semua orang kalau kamu tidak layak disebut bencis!”

Memed hanya mengangguk sambil tersenyum kepada bu Fita.

***

Sebelum beranjak tidur Memed tidak lupa selalu berdoa kepada Tuhan agar ia bisa mengalami mimpi basah seperti remaja cowok lainnya. Malam itu hawa begitu dingin menusuk. Dalam tidurnya Memed bermimpi menjadi seorang lelaki sejati dan bermesraan dengan Novita, satu-satunya sahabat cewek yang begitu peduli dengannya.

Dan pagi harinya….

“Wah kasurku basah…tapi tak ada hujan malam ini”, Memed terheran.

Setelah mandi pagi Memed baru sadar kalau dia telah mengalami mimpi basah.

“Woe… aku sudah mimpi basah. Aku laki-laki sejati…….!”, teriak Memed dari dalam kamar mandi.

Kakak perempuan dan mamanya hanya tersenyum-senyum mendengarnya.

Dan mulai hari itu evolusi kehidupan Memed benar-benar terjadi. Ia menjelma menjadi cowok yang funky. Teman-temannya tak lagi meledeknya. Budi dan gengnya sudah minta maaf kepada Memed. Cewek-cewek yang tadinya cuek pun kini mulai melirik Memed.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun