Pagi ini liputan investigasi pada sebuah stasiun TV Nasional kebetulan membahas tentang maraknya aksi kekerasan yang dilakukan oleh guru terhadap anak didiknya. Bahkan ada seorang siswa dari sebuah sekolah yang dikabarkan mengalami kelumpuhan akibat kekerasan yang dilakukan oleh gurunya. Saya jadi ingat pengalaman pribadi saat duduk di bangku sekolah dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dulu. Selain pengalaman pribadi ada juga beberapa kasus kekerasan dalam dunia pendidikan yang saya amati selama ini.
Dulu saat duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) kebetulan saya pernah memiliki seorang guru yang agak killer. Sebut saja namanya Mr. X, kepalanya agak botak dengan perawakan penuh wibawa. Beliau memiliki kumis cukup tebal ditambah lagi memakai cincin akik yang cukup besar di salah satu jemari tangannya yang kekar itu. Sempurna sudah aura kegalakannya. Saat itu beliau memang termasuk salah satu guru yang terkenal paling galak dan ringan tangan. Saya masih ingat betul, dulu waktu kelas 3 SD beliau pernah memukul kepala saya dan kawan-kawan dengan akik di tangannya. Kebetulan saat itu kondisi kelas agak gaduh karena ditinggal Mr. X ke kantor guru. Untuk melampiaskan kekesalannya seluruh siswa tanpa terkecuali harus merasakan jotosan akiknya itu.
Suatu ketika saya dan kawan-kawan juga pernah dipukul pakai penggaris kayu gara-gara tidak bisa mengerjakan soal yang beliau berikan. Tidak hanya itu, kerapkali kapur tulis atau penghapus papan tulis melayang ke tubuh siswa saat siswa tersebut dianggap “ramai” atau mengganggu proses pembelajaran. Dan saya rasakan betul saat itu selama diajar oleh beliau kami sekelas merasa tertekan dan kurang bebas berkreasi. Waktu duduk di Sekolah Menengah Pertama (SMP) saya juga pernah mengalami kasus yang hampir serupa. Salah seorang guru sebut saja Mr. Y kerapkali menjewer anak didiknya yang dinilainya telah melanggar tata tertib sekolah. Tidak jarang diantara siswa justru timbul rasa dendam atau bahkan luka psikologis yang mendalam. Saya pun berhipotesis kalau maraknya kasus bullying dalam dunia pendidikan selama ini justru seringkali dicontohkan atau dipicu oleh perilaku para pendidik (gurunya) sendiri.
Sementara itu menurut ibu Mami Hajaroh, M. Pd seorang dosen dan peneliti pendidikan dari FIP UNY, mengemukakan ada beberapa bentuk kekerasan atau bullying. Antara lain kekerasan fisik, kekerasan psikologis dan kekerasan verbal. Kekerasan fisik dalam dunia pendidikan misalnya kekerasan oleh guru terhadap murid seperti yang telah saya ceritakan di atas. Selain itu juga perkelahian atau tawuran antar pelajar maupun mahasiswa, perpeloncoan atau senioritas saat MOS dan OSPEK, dsb. Kekerasan psikologis misalnya trauma maupun rasa takut yang dialami seorang anak didik akibat kekerasan fisik yang dilakukan oleh gurunya. Kekerasan verbal misalnya berupa cemooh, ejekan, hinaan, atau kata-kata lainnya yang sifatnya melukai hati seseorang atau membuat seseorang merasa tidak nyaman. Tanpa disadari seringkali terjadi kekeraan verbal dalam dunia pendidikan kita. Baik itu antar guru, antar siswanya, maupun antara guru dan siswa.
Ironisnya bullying atau kekerasan dalam dunia pendidikan kerapkali dianggap sebagai hal yang lumrah atau wajar. Para oknum guru yang melakukannya berdalih bahwa itu sebagai upaya menegakkan kedisiplinan pada diri anak didiknya. Ini tentu persepsi yang keliru dan harus kita luruskan bersama. “Menegakkan kedisiplinan tapi mengorbankan sisi-sisi kemanusiaan?”, apa itu yang namanya pendidikan? Dalam kasus ini hak-hak para siswa untuk berekspresi pun turut terkekang. Ini jelas bertentangan dengan hakikat dan prinsip-prinsip pendidikan, yang mestinya mampu memanusiakan manusia alias humanis.
Maka dari itu saatnyalah mulai dari sekarang mari hentikan segala bentuk bullying atau kekerasan dalam dunia pendidikan. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan harus mengeluarkan kebijakan khusus untuk mengatasi maraknya bullying dalam dunia pendidikan. Paling tidak upaya-upaya strategis dan terpadu untuk mengurangi angka bullying dalam dunia pendidikan yang masih tinggi. Sebab selama bullying masih terus dibiarkan bersarang dalam dunia pendidikan kita, maka selama itu pula budaya kekerasan akan terus mengakar di bumi Indonesia. Upaya ini tentu perlu diawali dengan adanya suritauladan yang baik dari para pemimpin dan pendidik yang ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H