Mohon tunggu...
Cipta Wardaya
Cipta Wardaya Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Indonesia itu indah.. Indonesia itu hebat.. Indonesia itu keren.. Banggalah menjadi jati diri Indonesia, kawan\r\n!\r\nwww.soulofcipta.blogspot.com \r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Cabul, Profesionalisme Oknum Guru Dipertanyakan?

4 Juli 2012   08:14 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:18 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Siang tadi saya dibuat shock dan sekaligus geram saat menyaksikan program berita di TV One News. Tentunya bukan shock dan geram dengan stasiun TV tersebut atau pembawa beritanya. Namun saya geram dengan oknum guru yang tega melakukan pencabulan atau tindakan tidak senonoh kepada beberapa siswinya. Tidak tanggung-tanggung konon korbannya lebih dari sepuluh orang dan ironisnya ada yang diperlakukan tidak senonoh semacam itu sekitar tiga tahun. Anehnya mereka sebelumnya tidak kuasa melapor kepada orang tuanya ataupun pihak sekolah, karena ancaman sang guru. Yang lebih bikin shock lagi ternyata oknum guru tersebut merupakan guru matapelajaran yang amat berpengaruh alias menjadi prioritas.


Dalam program berita tersebut kebetulan juga menghadirkan si korban dan sang ibunya. Saya hanya bisa geleng-geleng kepala dan membayangkan bagaimana muridnya kalau gurunya saya begitu? Lebih lanjut lagi bagaimana masa depan bangsa ini kelak di tangan tenaga-tenaga pendidik semacam itu? Entahlah! Kasus guru cabul alias “gurumutan” memang terjadi tidak hanya sekali ini. Banyak kasus serupa yang terjadi di beberapa sekolah yang kebetulan juga belum terekspos oleh media. Ini bagaikan pagar makan tanaman. Orang yang semestinya melindungi dan mengayomi anak didiknya justru tega merusaknya sendiri.


Kasus ini pun kembali mencoreng dunia pendidikan kita. Kalau selama ini ada peribahasa “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari”, maka saya tidak bisa membayangkan bagaimana kalau peribahasa tersebut menjadi “Guru cabul, murid ….”. Tidak perlu diteruskan, karena yang kita inginkan hal itu tidak terulang lagi di lembaga pendidikan kita. Lalu bagaimana solusinya? Apakah seorang guru, khususnya guru pria mesti menjalani tes kejiwaan dan psikologi layaknya seorang polisi yang akan memegang senjata api? Tentunya yang kita harapkan jangan sampai separah itu, bukan?


Nah dalam hal ini, saya kira yang perlu dibenahi adalah proses seleksi tenaga pendidik itu sendiri. Dalam seleksi calon tenaga pendidik yang diselenggarakan oleh kampus atau lembaga pencetak tenaga pendidik lainnya sebaiknya lebih diperketat lagi. Jangan asal dia pintar secara IQ dan berduit lantas bisa diterima dengan mudah. Namun dalam tes/seleksi tersebut sebaiknya juga ada semacam wawancara maupun tes kejiwaan (psikologi) secara khusus. Bukankah seorang guru atau tenaga pendidik memang mesti memiliki kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogi, kompetensi profesional dan kompetensi sosial? Lalu masihkah perguruan tinggi dan lembaga pencetak tenaga pendidik lainnya mau mempertaruhkan mutunya "dengan asal-asalan dalam mencetak tenaga pendidik" yang katanya profesional itu?

Sebaiknya Pemerintah sebagai pemangku dan pembuat kebijakan pendidikan dapat lebih peka dengan kasus-kasus para guru cabul semacam ini. Lalu jangan sampai berakhir sebagai laporan atau catatan hitam saja. Perlu segera ACTION nyata untuk membenahi moralitas para calon tenaga pendidik kita. Kalau memang negara ini mengharapkan para tenaga pendidik yang profesional dan bermoral tentunya. :)


Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun