Pada setiap dinamika kebangsaan yang terjadi di tanah air mahasiswa memang hampir tidak pernah absen untuk turut berperan aktif di dalamnya. Itu semua merupakan wujud nyata darma mahasiswa terhadap bangsa dan Negara. Apalagi sebagai kaum intelektual mahasiswa juga menyandang gelar sebagai agen perubahan (agent of change). Dalam hal ini ada dua tanggungjawab besar yang harus diemban oleh seorang mahasiswa, yaitu tanggungjawab akademik dan tanggungjawab sosial. Tanggungjawab akademik terkait dengan tanggungjawab pengembangan dunia keilmuwan serta penerapannya dalam masyarakat. Tanggungjawab akademik menuntut mahasiswa untuk belajar sesuai dengan bidang keilmuwan yang diambilnya. Sedangkan tanggungjawab sosial mahasiswa tidak bisa dipisahkan dengan peran mahasiswa sebagai agent of change.
Dalam menjalankan peran sebagai agent of change idealnya tugas seorang mahasiswa tidak hanya menyerukan gerakan perubahan semata, namun juga gerakan-gerakan pembaharuan yang inovatif dalam wujud nyata. Dan untuk mencapai semua itu tidak bisa dilepaskan dari ranah politik. Kita pun masih ingat dengan jelas betapa melalui kekuatan politik para mahasiswa berhasil menumbangkan hegemoni dan rezim otoriter yang berkuasa waktu itu. Maka jika ditanya “haruskah mahasiswa berpolitik?”, menurut pandangan penulis pribadi ya mahasiswa memang perlu “berpolitik”. Politik ala mahasiswa tentu harus dibedakan dengan politik “ala” anggota dewan yang hanya berorientasi kekuasaan dan kesejahteraan kelompoknya semata. Politik ala mahasiswa idealnya berorientasi pada gerakan politik nilai dan moral.
Mahasiswa sebagai actor utama gerakan politik nilai dan moral dapat memainkan dua peran penting sekaligus, yaitu control social dan social pressure. Posisi mahasiswa sebagai kontrol sosial terkait tanggungjawab mahasiswa dalam ikut serta mengawasi dan mengawal jalannya demokrasi serta kepemimpinan politik. Dalam hal ini bukan berarti mahasiswa haus akan kekuasaan, namun lebih pada memainkan peran agar demokrasi dan politik tetap berjalan pada rel yang semestinya. Sedangkan sebagai social pressure mahasiswa memainkan peran menjadi tekanan sosial atas segala ketidakadilan serta kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat.
Jadi menurut pandangan penulis seorang mahasiswa memang perlu belajar “berpolitik”. Di samping sebagai sebuah pembelajaran, berpolitik dalam artian gerakan nilai dan moral yang dilakukan oleh mahasiswa saat ini sangat diperlukan untuk mengawal jalannya demokrasi di tanah air. Gerakan politik nilai dan moral ini bisa diwujudkan melalui beberapa hal, misalnya; orasi budaya, demonstrasi yang beretika, kritik melalui tulisan, dll. Gerakan politik ala mahasiswa idelnya gerakan yang berbasis moral dan intelektual. Sehingga harus cerdas serta tetap mengedepankan etika.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H