Kisah ini terjadi seminggu yang lalu. Seperti biasa pada setiap sore sepulang dari praktik KKN-PPL aku suka sekali berburu buka gratis. Di Jogja banyak sekali masjid yang menyediakan tajilan buka puasa gratis. Menu yang disediakan pun tiap masjid berbeda-beda. Yang pasti cukup untuk mengganjal perut mahasiswa tingkat akhir seperti aku.
Biasanya aku berburu buka puasa gratis bersama teman-teman. Suatu ketika temanku menceritakan pengalamannya berbuka puasa gratis di Masjid Kauman yang lokasinya dekat alun-alun utara Yogyakarta. Dia menceritakan kalau berbuka puasa di Masjid Kauman menunya mampu memanjakan lidah. Aku pun tergiur dengan cerita temanku itu. Rasa penasaran mulai menghampiriku.
Tidak mau larut dalam penasaran, suatu sore sepulang dari praktik KKN-PPL aku langsung menuju ke Masjid Kauman. Tujuannya tidak lain untuk membuktikan cerita temanku itu. Sampai di Masjid Kauman aku langsung tersenyum-senyum sendiri, sedikit bahagia sore itu. “Wah ternyata menunya emang mantab, maknyuus”, batinku dalam hati. Saking semangatnya aku langsung menghampiri tempat panitia yang membagikan makanan. Tanpa berpikir panjang kutinggalkan sandal baruku di halaman masjid. Dengan PD-nya setelah mengambil makanan aku langsung duduk di barisan jama’ah paling depan.
Aku masih harus bersabar menanti beberapa menit untuk bisa menikmati menu berbuka gratis itu. Sambil menantikan waktu berbuka puasa aku dan para jama’ah yang datang ke masjid mendegarkan ceramah para kyai yang juga tidak kalah maknyuus. Tepat pukul 17.40 waktu berbuka pun tiba. Setelah berdoa segera kubuka bungkusan yang didapat dari panitia. Alhamdulillah menu berbukanya nasi, kupat tahu ditambah seputir telur rebus. Maknyuus..!
Selesai berbuka dan menunaikan ibadah sholat maghrib berjama’ah aku pun pulang. Namun saat kucari sandal, ternyata sudah hilang entah kemana. Pikirku dalam hati dapat buka gratis tapi sandal baru melayang entah kemana. Akhirnya dengan perut kenyang dan tanpa alas kaki alias nyeker (bahasa Jawa) aku pulang ke kos naik motor. Ya sudahlah kuikhlaskan saja sandal baru itu. Mungkin saja yang mengambilnya menurut kata-kata Pak Ustadz, “Ambil yang baik dan tinggalkan yang jelek”. Sayangnya sang pengambil sandal tidak meninggalkan pesan kalau dia tinggalkan sandalnya yang jelek. Hehehe…. Sungguh pengalaman lucu yang kan ku kenang selalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H