Mohon tunggu...
Cipta Wardaya
Cipta Wardaya Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Indonesia itu indah.. Indonesia itu hebat.. Indonesia itu keren.. Banggalah menjadi jati diri Indonesia, kawan\r\n!\r\nwww.soulofcipta.blogspot.com \r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Antara Cacat, Diskriminasi & Kepedulian

20 April 2012   11:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:22 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kehidupan ini ada dua sisi yang biasanya saling bertolak-belakang. Antara kuat dan lemah, antara miskin dan kaya, antara bagus dan jelek, antara tinggi dan rendah, antara panjang dan pendek, dan masih banyak lagi lainnya. Dua sisi itu seolah selalu ada dalam hal apapun, bidang apapun, tempat manapun dan kondisi apapaun. Mungkin itu adalah takdir Tuhan yang menjadi rahasia-Nya.


Namun bagaimana kalau dua sisi itu menimbulkan pengkotak-kotakkan atau semacam diskriminasi massal? Misalkan saja antara orang pandai dan kurang pandai, antara orang bertubuh pendek dan tinggi, antara orang miskin dan kaya, antara orang berkulit hitam dan putih, antara orang berhidung mancung dan pesek, antara orang berwajah cakep dan jelek, dan seterusnya. Apa yang akan terjadi jika hal ini terjadi? Pastinya rasa keadilan dan kenyamanan dalam kehidupan masyarakat akan tercabik-cabik. Berbagai konflik dan aksi kekerasan pun akan dengan mudah tersulut. Masyarakat menjadi sinis dan sensitive.


Dua sisi seperti yang telah penulis sedikit singgung di atas tidak mungkin bisa dihilangkan. Terlebih lagi jika itu merupakan kuasa dan kehendak Tuhan. Seperti halnya (maaf) tubuh yang pendek, wajah yang jelek, hidung yang pesek dan seterusnya. Ironisnya berdasarkan pengamatan penulis di lapangan, selama ini masih saja ada semacam perilaku diskriminasi dalam kehidupan masyarakat kita terkait cacat fisik pada seseorang. Mulai dari lingkungan sekolah/pendidikan hingga bahkan sampai dalam hal pelayanan oleh oknum instansi pemerintah tertentu.


Pengalaman ini juga pernah dialami oleh seorang sahabat penulis yang kebetulan badannya mungi;l alias kurus, pendek dan kecil namun umurnya sudah dewasa. Ia pernah antre saat proses pembuatan KTP massal di sebuah instansi pemerintah. Saat itu kebetulan dia berangkat cukup awal. Namun katanya justru orang yang datang di belakangnya yang dipanggil duluan. Dan tidak hanya itu, petugas dalam instansi pemerintah tersebut juga terkesan meremehkan dan menghina sahabat penulis dengan melontarkan perkataan yang cukup menyakitkan. Ada lagi sahabat penulis yang memiliki kecacatan fisik lainnya. Dan seringkali orang-orang sekitar mendiskriminasikannya, bahkan mengejek ataupun meremehkannya.


Ini sungguh tragis dan ironis sekali. Sebagai Indonesia masyarakat modern yang cerdas dan bijak, semestinya perilaku diskriminasi dan meremehkan ataupun menghina orang lain menjadi suatu perbuatan yang tabu dan terkutuk. Mengapa? Karena jika kita mau berfikir sederhana saja, mana ada orang yang mau terlahir cacat, jelek, bodoh, pendek atau citra kurang baik lainnya. Namun apakah lantas kita pantas mendiskriminasikan mereka? Coba kita pikirkan lagi, apakah lantas kita merasa hebat dan berhak menghina serta meremehkan mereka? Mari renungkan sejenak, bagaimana bila itu terjadi sama diri kita?!


Sekarang bukan lagi saatnya saling membuat pengkotak-kotakkan yang berujung diskriminasi ataupun ekslusivisme. Bukankah pada hakikatnya kita sama, sama-sama butuh makan, sama-sama butuh minum, sama-sama butuh oksigen untuk nafas, sama-sama butuh dihargai sama-sama berhak atas kemerdekaan hidup, dan sama-sama butuh diakui eksistensinya. Dan yang pasti perlu kita ingat bersama, kita sama-sama akan merasa sakit dan terzolimi manakala seseorang menghina, meremehkan ataupun mengejek diri kita. Baik itu lewat kata-kata, tindakan ataupun tulisan.


Sehingga alangkah cerdas dan bijaknya, kalau mulai detik ini mari kita bersama mulai biasakan “care, respectful and tolerance” terhadap semua orang. Care; kita mesti lebih peduli terhadap orang lain, terlebih kepada mereka yang memiliki kekurangan. Bahkan jika kita melihat adanya perilaku diskriminasi terhadap orang yang cacat (memiliki kekurangan), kita wajib membela dan melindunginya. Respectful; rasa hormat kepada semua orang mesti kita tumbuhkan dan budayakan bersama. Tidak perlu memandang siapa dia. Jangan lagi menghormati orang lain hanya karena tampang, jabatan/pangkat, kekayaan, dan sejenisnya. Tolerance; dalam kehidupan modern ini kita mesti memegang teguh rasa saling toleransi. Toleransi adalah salah satu kunci menjaga agar tidak terjadinya pergesekan ataupun konflik dalam kehidupan masyarakat kita.



Akhirnya, salam CARE, RESPECTFUL & TOLERANCE !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun