Pada tanggal 17 Agustus ini bangsa Indonesia memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) kemerdekaan RI yang ke-66. Peringatan HUT Kemerdekaan RI tahun ini bertepatan dengan 17 Ramadhan persis seperti saat the founding father memproklamasikan kemerdekaan RI untuk pertama kalinya. Walaupun bertepatan dengan bulan Ramadhan peringatan HUT Kemerdekaan RI nampak tetap meriah. Banyak acara yang digelar masyarakat untuk memeriahkan HUT Kemerdekaan RI yang ke-66 ini. Mulai dari carnaval budaya, sarasehan kebangsaan, aneka lomba, upacara detik-detik proklamasi, dan sebagainya.
Ironisnya Peringatan HUT kemerdekaan RI selama ini masih terkesan seremonial belaka yang hampa akan makna. Terkadang bangsa ini lalai jika kemerdekaan Indonesia dapat tercapai atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa. Akibatnya bangsa ini lupa mensyukuri dan merenungi akan makna kemerdekaan yang telah diperjuangkan para pahlawan 66 tahun silam itu. Maka sebaiknya mari sejenak kita berefleksi, mencoba merenungi dan mentasbihkan kembali makna dari kemerdekaan bangsa ini.
Pada hakekatnya belumlah merdeka sebuah negara yang individu masyarakatnya saja masih merasakan adanya penindasan, terror, himpitan kemiskinan dan berbagai kegelisahan seperti sekarang ini. Belumlah merdeka jika belum ada kedamaian di hati setiap individu masyarakatnya. Karena sejatinya merdeka adalah pertarungan jati diri personal/individu sebelum menjadi perjuangan entitas sebuah bangsa. Makna merdeka bagi individu masyarakat pun masih harus diluruskan kembali, yang mana selama ini seringkali disalah-artikan. Individu masyarakat sering memaknai kemerdekaan itu sebagai kebebasan yang sebebas-bebasnya. Hingga yang terjadi justru kebablasan dan anarkisme massal.
Apalah artinya 66 tahun bangsa Indonesia merdeka jika itu hanya satuan waktu yang di dalamnya ada banyak peluang dan sering kali kita sia-siakan begitu saja. Apalah artinya 66 tahun bangsa ini merdeka, jika masyarakatnya masih suka “jotos-jotosan” hanya gara-gara hal yang sepele. Apalah artinyanya merdeka jika yang selama ini kita pertontonkan adalah penonjolan ego individu dan kelompok. Semua merasa yang paling benar dan ingin menjadi number one. Kemiskinan, kekerasan, penindasan dan korupsi pun masih menjamur dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kita harus menyadari bahwa kemerdekaan sejati hanya akan tercapai jika para individu manusianya sudah bisa mengekang diri dari perilaku yang bisa melanggar ataupun mencederai kemerdekaan dan hak azasi orang lain. Artinya kemerdekaan sejati mensyaratkan adanya hukum, tata aturan, nilai/kaidah serta norma-norma yang harus ditaati bersama. Tidak lain tujuannya untuk tetap menjaga kekokohan dari kemerdekaan itu sendiri. Kita harus sadari bersama bahwa kemerdekaan sebagai bangsa merupakan kemerdekaan untuk semua. Bukan untuk golongan tertentu semata.
Kemerdekaan Indonesia bukanlah akhir dari perjuangan bangsa ini. Kemerdekaan merupakan jembatan emas untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa sebagai amanah para the founding father. Untuk mewujudkan cita-cita luhur tersebut bangsa Indonesia harus terus bersatu dengan semangat Bhineka Tunggal Ika. Saatnya satukan tekad, bersama kita mengisi kemerdekaan ini dengan karya, prestasi, serta tulus mengabdi demi kemajuan nusa, bangsa dan negara ini. Sekali merdeka tetap merdeka! Dirgahayu Indonesia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H