Mohon tunggu...
Cipta Wardaya
Cipta Wardaya Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Indonesia itu indah.. Indonesia itu hebat.. Indonesia itu keren.. Banggalah menjadi jati diri Indonesia, kawan\r\n!\r\nwww.soulofcipta.blogspot.com \r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Serial Pagar Makan Tanaman di Zaman Edan

2 Oktober 2011   08:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:25 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagar biasanya berfungsi menjaga, melindungi atau memagari. Seperti halnya pagar yang ada di setiap rumah. Tidak lain fungsinya sebagai pelindung secara fisik agar rumah aman dari berbagai hal yang tidak diinginkan. Di samping pagar juga berfungsi sebagai pembatas. Lalu apa kaitannya dengan “Pagar Makan Tanaman”?

“Pagar Makan Tanaman” merupakan sebuah peribahasa yang sarat dengan kondisi bangsa kita saat ini. Bertolakbelakang dengan filosofi pagar yang mestinya melindungi dan mengayomi. Pagar makan tanaman berarti seseorang yang diamanahi untuk menjaga sesuatu namun justru merusaknya sendiri. Relevan sekali dengan kondisi di masyarakat kita sekarang ini.

Lihat saja beberapa kasus yang marak belakangan ini. Sebagai contoh kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh “oknum” bapak terhadap anaknya sendiri. Atau kakek terhadap cucu-nya sendiri. Ada pula beberapa kasus pencabulan oleh oknum guru terhadap muridnya sendiri. Bahkan belum lama ini di sebuah desa di Yogyakarta ada kasus seorang gadis SLTP yang “dikencani” oleh seorang tokoh masyarakat setempat yang tidak lain merupakan seorang oknum RT. Bahkan gadis yang masih polos itu juga mengaku dikencani oleh oknum satpam setempat. Dan ironisnya kasus tersebut tidak hanya terjadi sekali.

Sungguh TERLALU memang! Entahlah apa yang ada di benak atau pemikiran mereka hingga tega melakukan tindakan tidak terpuji itu. Entahlah, mungkin benar apa kata para budayawan. “Sekarang ini adalah zaman edan, zaman akeh wong wis padha kedanan. Yen napsu wis metu banjur lali anak bojo. Anane mung padha nduruti napsu sing ora ana entekke”. Disadari bersama pada zaman edan ini banyak orang yang suka lupa diri saat napsu sudah membuncak. Merekalah para hamba napsu, sahabat sejati para syaiton.

Sedikit serial pagar makan tanaman yang semoga mampu mengingatkan kita semua, termasuk diri penulis. Saat ini, di zaman edan ini kita mesti waspada dan hati-hati dalam melangkah. Jangan menuruti hawa napsu yang memang selalu menawarkan kesenangan yang tidak akan habis-habisnya. Pada zaman edan ini jangan sampai kita ikut menjadi golongan “orang edan”. Sebaiknya jangan menuruti pepatah yang berbunyi “sapa ora edan ora kumanan”, baca: siapa tidak ikut gila tidak akan kebagian. Pada zaman edan ini butuh orang-orang yang tetap waras. Karena hanya orang-orang waras yang sadar betul bahwa sekarang ini kita berada pada era zaman edan. Entahlah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun