Mohon tunggu...
Cipta Wardaya
Cipta Wardaya Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Indonesia itu indah.. Indonesia itu hebat.. Indonesia itu keren.. Banggalah menjadi jati diri Indonesia, kawan\r\n!\r\nwww.soulofcipta.blogspot.com \r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Indonesia Belum Benar-benar Merdeka?

27 Juli 2011   13:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:19 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13117731182012538728

Setiap menjelang bulan Agustus seluruh bangsa Indonesia disibukan dengan berbagai kegiatan dan persiapkan untuk perayaan HUT RI yang kini telah memasuki usia 66 tahun ini. Dari anak-anak hingga orang tua berbondong-bondong hanyut dalam hiruk-pikuk kemeriahan perayaan HUT RI. Akhir bulan Juli ini sudah nampak umbul-umbul menghiasi jalan-jalan baik di pedesaan maupun jalan protokol. Sang merah putih pun sudah berdiri kokoh di mana-mana. Sebagian warga juga mulai sibuk dengan acara menghiasi gapura dan persiapan lomba Agustusan.

Itulah tradisi bangsa Indonesia menjelang Perayaan HUT RI. Pada setiap bulan Agustus tepatnya tanggal 17 bangsa Indonesia begitu semangat merayakan kemerdekaan yang telah diraih 66 tahun silam. Tentu bangsa ini patut bangga dan berterimakasih kepada para pahlawan-pahlawan pendahulu, yang melalui darah-darah mereka dan doa-doa para ulama-lah bangsa ini bisa menikmati kemerdekaan hingga sampai sekarang. Yang juga harus diingat bangsa ini adalah gema-gema takbir “Allahu Akbar” yang menjadi senjata terampuh para pejuang kemerdekaan kala itu. Tidak salah jika kemerdekaan yang bangsa Indonesia raih ini adalah berkah rahmat dari Allah SWT (Tuhan YME). Maka sebelum kita hanyut dalam hiruk-pikuk kemeriahan perayaan HUT Kemerdekaan RI yang ke-66 tahun ini, semestinya bangsa ini harus merenungi kembali makna dari kemerdekaan itu sendiri. Benarkah bangsa ini sudah merdeka?

Secara de fakto dan de jure memang seluruh negara di dunia mengakui kemerdekaan Indonesia. Namun sejatinya benarkah kita sudah meraih hakikat kemerdekaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini? Kita sudah merdeka, akan tetapi masih saja banyak warga miskin yang untuk bertahan hidup saja terpaksa harus makan nasi aking. Kita sudah merdeka, akan tetapi masih banyak anak-anak yang belum bisa menikmati bangku sekolah hanya gara-gara mahalnya biaya pendidikan. Masih banyak wajah-wajah polos anak-anak negeri ini yang setiap hari tampak menghiasi lampu-lampu merah di sepanjang jalan protocol, belum lagi mereka yang terpaksa putus sekolah demi membantu orang tuanya.

Katanya kita sudah merdeka, akan tetapi bahan kebutuhan pokok semacam kedelai saja harus import. Belum lagi beberapa tahun silam yang mana “negara lumbung padi dunia” ini pernah meng-import beras. Ironis sekali, padahal negeri ini sangat kaya akan sumber daya alamnya. Apakah kelak kita juga akan meng-import oksigen dan air bersih, karena nampaknya kini banyak hutan-hutan yang digunduli oleh tangan-tangan jahil manusia hingga tidak bisa lagi menampung air bersih dan menghasilkan Oksigen bagi kelangsungan hidup kita. Katanya kita Macan Asia, tapi kenapa banyak generasi bangsa Indonesia yang menjadi ”kuli” bos-bos perusahaan asing di negara ini?

Kita memang sudah merdeka, akan tetapi belum merdeka secara total dan komprehensif. Setiap hari bangsa ini masih terus dihantui peraaan cemas, takut, was-was, dan negative thinking lainnya, karena berbagai ancaman mulai dari terorisme, anarkisme, dan berbagai tindakan amoral lainnya. Inikah kemerdekaan sejati itu? Pada akhirnya semua ini menjadi pembelajaran yang amat berharga bagi kita semua sebagai bangsa Indonesia. Mari renungkan kembali makna sejati dari merdeka itu sendiri.

Merdeka bukanlah sekedar satuan waktu yang selalu kita peringati setiap tanggal 17 Agustus. Dan seperti biasa setelah itu kita anggap angin lalu, yang tersisa hanyalah debu-debu yang kebetulan tidak terhempas bersama angin lalu itu. Lalu, apakah artinya 66 tahun merdeka jika itu hanya satuan waktu, yang di dalamnya ada banyak peluang yang sering kita sia-siakan begitu saja. Apalah artinya 66 tahun bangsa ini merdeka, jika masyarakatnya masih suka tawuran hanya gara-gara hal yang sepele?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut tentu akan dijawab dengan berbeda-beda, kembali lagi kepada masing-masing pribadi kita. Merdeka memang merupakan hak asasi manusia, sehingga dalam memaknainya pun harus kita lihat dulu dari “personal” sebelum “nasional”. Makna merdeka mungkin akan berbeda antara elit politik dengan kita sebagai warga negara biasa. Makna dari merdeka sejatinya merupakan persoalan pribadi/personal sebelum menjadi persoalan bangsa. Bahwa sesungguhnya “merdeka adalah pertarungan jati diri personal sebelum menjadi perjuangan entitas sebuah bangsa”. Mari kita semua mengisi kemerdekaan yang maasih semu ini dengan karya, kerja, pengabdian, prestasi, kebajikan, dan tindakan produktif lainnya demi kemajuan bangsa dan negara ini, demi bumi pertiwi, dan demi mencapai kemerdekaan Indonesia yang sejati. Salam Cinta Indonesia !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun