Bandung - - Booklet atau buku perpisahan menjadi sebuah kenangan yang tak akan pernah terulang bagi para pertemanan anak sekolah. Tapi bagaimana jika kenangan tersebut menjadi sebuah pertikaikan bagi anak-anak sekolah? Tak banyak diketahui bahwa kasus seperti ini yang seharusnya menjadi pelajaran bagi semua khalayak. Salah satu sekolah terkenal di Bandung ternyata memiliki kasus seperti ini yang tak diungkap selama 2 tahun belakangan ini. Para korban menjadi geram, saling menyalahkan dan pasrah atas kasus buku perpisahan yang tak kunjung ada fisiknya. Hal sepele namun sangat merugikan bagi para korban yang sudah membayar cukup besar untuk sebuah foto dan buku perpisahan. Menjadi sebuah konspirasi atas hilangnya penanggungnya jawab, vendor menghilang dan pihak sekolah tidak ikut campur atas kasus ini.
(Semua narasumber dari pelaku dan koban di inisialkan untuk kenyamanan bersama) Berawal dari salah satu narasumber yang menyebutkan bahwa buku perpisahan ini tak kunjung datang, sudah melebih 2 tahun lamanya yang dimana para korban sudah menjadi alumni dari sekolah tersebut. Dimulai pada 24 Mei 2021, berharap buku tersebut jadi pada akhir tahun namun ternyata sampai tahun 2023 tak kunjung ada.Â
Korban berinisial RN menyebutkan "booklet ini masih banyak salah dalam data diri dan tidak ada perubahan, bookletnya sendiri 2 tahun tidak pernah di kirimkan kepada kami", Minggu (5/2/23).Â
RNpun menyebutkan bahwa harga booklet ini seharaga 350.000 ribu  dengan sistem pembayaran dibagi menjadi 3 tahapan. Harga tersebut dibagi untuk biaya fotografer, sewa alat, biaya aplikasi for android dan ios, biaya cetak booklet fisik dan biaya untuk tempat foto (dengan dipatok 25.000 ribu/per orang). RN pun menyebutkan bahwa penanggung jawab dari semua ini yang berinisial QM tiba-tiba menghilang setelah anak-anak memberikan revisi untuk data diri di buku perpisahan. Tidak ada kabar dari penanggung jawab hingga sampai saat ini untuk penjelasan lebih lanjut soal kasus ini. QM sendiri menyebutkan bahwa vendor akan memberikan buku fisik setelah revisian terakhir untuk data diri, namun nyatanya masih tidak ada kabar dari pihak vendor sampai saat ini.
Setelah mengetahui itu, sebelumnya penulis menemui narasumber sebagai salah satu korban dari kasus ini yang sekaligus teman dari RN. Beliau berinisial AL. AL sendiri hanya menjadi korban yang tidak mengetahui desas desus kasus tersebut, karena beliau percaya akan hasilnya sebab dari gosip atau omongan-omongan kaka tingkat mereka bahwa vendor yang mereka percayai ini hasilnya bagus tak ada kejadian seperti ini.Â
ALpun percaya bahwa buku perpisahan ini akan lancar sesuai rencana. Namun ALpun sudah mulai curiga dengan kasus ini "Waktu data diri yang masih banyak salah, selalu minta revisian namun tak kunjung ada rekap dari vendor dan penanggung jawab yang mulai hilang menghilang. Disitu mulai curiga bahwa rencana ini tidak akan sesuai dengan harapan kita" ujar AL (20), Minggu (5/2/23).Â
ALpun menyebutkan bahwa ada perdebatan antar angkatan saat penanggung jawab menghilang. Saling menyalahkan dan saling menuduh terhadap pelaku-pelaku yang ikut campur saat proses buku perpisahan berlangsung. Namun tak lama setelah itu perdebatan selesai dan mulai hening kembali.
Dilanjut dengan narasumber sebagai korban yang berinisial DV. Kasus ini mulai sedikit terkuak saat mencari para korban lainnya yang ternyata mengetahui sedikit demi sedikit soal kasus ini. Â Beliau menyebutkan bahwa kasus ini memiliki konspirasi yang masih menjadi tanda tanya bagi para korban-korban lainnya. Saat korban AL menyebutkan bahwa vendor untuk perpisahan mereka gosipnya masih bagus saat dipakai oleh kaka tingkat mereka. Ternyata pernyataan DV berbalik belakang dari pernyataan AL. DV mendapat kabar bahwa vendor yang mereka pakai untuk perpisahan itu sudah tidak baik adanya. Dan ternyata kaka tingkat mereka yaitu angkata 20, memilih untuk memakai vendor yang berbeda karena mengetahui bahwa vendor yang sudah menjadi andalan bagi sekolah mereka sudah tidak baik. DV yang memiliki teman, temannya tersebut menyebukan bahwa kakanya yang ternyata angkatan 19 menyebutkan bahwa vendor ini memang tidak baik adanya, dan menyebutkan bahwa adanya kerjasama antar vendor, alumni dan pihak sekolah untuk mengelola perpisahan anak-anak angkatan 21 yang sekarang menjadi korban soal kabarnya buku perpisahan yang cukup lama tidak ada kabarannya selama 2 tahun.Â
"Pernah kita caripun bahwa kantor vendor ini sudah tidak ada di tempat asalnya, dan memang dari kitapun tidak ada yang melapor ke sekolah karena menurut kita yang berhak melapornya adalah penanggung jawab ataupun panitia inti dari rencana perpisahan ini" ujar DV (20), Senin (6/2/23).Â