Keputusan intervensi medis seorang dokter menentukan nasib kehidupan manusia yang dirawatnya. Tepat pengobatan, kesembuhan niscaya tercapai. Salah mengobati, bisa justru semakin parah atau berujung kematian.Â
Tak heranlah jika profesi dokter ini menjadi profesi yang banyak diatur dalam berbagai peraturan negara, yang secara kolektif punya istilah khusus yaitu hukum kesehatan. Itu semata-mata agar semua dokter yang berpraktik di negara ini benar-benar kompeten dan tidak main asal mengobati dan bermental 'yang penting dapat duit'.
Selain aturan hukum yang formal dan mengandung ancaman pidana, aturan lain seperti Kode Etik Kedokteran Indonesia (Kodeki) juga mengikat semua dokter yang berpraktik di Indonesia, yang isinya terkait norma moral dan etika yang seharusnya diingat dan diterapkan dokter Indonesia dalam praktiknya.Â
Kodeki ini mengatur hubungan dokter dengan pasien, sesama sejawat dokter, dan juga dengan dirinya sendiri. Kodeki ini penting untuk dilaksanakan agar praktik kedokteran bisa dilakukan sesuai kaidah yang ideal. Sifat profesi dokter selalu berhubungan dengan manusia, bukan mesin ataupun robot sehingga pendekatan profesi ini harus dilakukan menyeluruh dan selalu didasari oleh rasa respek akan tiap nyawa atau kehidupan manusia.Â
Inilah juga yang menjadi dasar alasan pendidikan dokter paling lama masanya dibanding pendidikan profesi lain. Ada begitu banyak hal yang harus diperhatikan dan dilatih, tidak hanya masalah penyakit yang sangat banyak jumlahnya, tetapi juga masalah psikologis, komunikasi edukasi, dan sejumlah masalah lain tentang hubungan antar manusia yang selalu melekat di profesi ini. Tidak sebentar waktu yang diperlukan untuk mempersiapkan dokter untuk mengerti dan membiasakan diri dengan itu semua.
Hal lain yang juga menjadi kekhususan untuk profesi ini yaitu kewajiban untuk terus memperbarui ilmu pengetahuan medisnya, yang terus berubah setiap waktu.Â
Di dalam peraturan pembaruan izin praktiknya, seorang dokter diharuskan mengumpulkan sejumlah kredit partisipasi sebagai bukti keikutsertaan pengembangan diri melalui update pengetahuan agar praktiknya terus mengikuti perkembangan kemajuan pengobatan.Â
Ini penting agar dokter selalu 'menjaminkan dirinya' untuk memberi pelayanan terbaik kepada pasien sesuai ilmu yang saat ini berlaku. Itulah mengapa profesi ini kerap disebut juga sebagai lifelong professional learning karena ilmu yang senantiasa selalu berubah sesuai zaman.
Saya jadi teringat lagi dengan celoteh ayah saya tentang dokter: 'profesi lain biasanya semakin tua orangnya semakin besar peluang dicopotnya, diganti sama yang lebih muda karena lebih seger.. kalau kamu itu justru semakin tua malah nanti semakin dicari orang karena dianggep lebih banyak pengalaman ngobatin orang.'
Yah... lagi-lagi ada benarnya juga sepertinya celetukan itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H