Buruh, pekerja, tenaga kerja atau karyawan pada dasarnya adalah manusia yang menggunakan tenaga dan kemampuannya untuk mendapatkan balasan berupa pendapatan baik berupa uang maupun bentuk lainya kepada pemberi kerja atau pengusaha atau majikan. Pada dasarnya, buruh, pekerja, tenaga kerja maupun karyawan adalah sama. Namun dalam kultur Indonesia, buruh berkonotasi sebagai pekerja rendahan, hina, kasaran dan sebagainya.
Pergerakan buruh di Indonesia penuh dengan liku-liku sejarah yang panjang dan melelahkan. Beberapa tonggak sejarah besar dan berpengaruh telah ditancapkan oleh buruh Indonesia. Namun, masa panjang perjuangan pergerakan buruh Indonesia tidak akan berakhir.
Saat ini, di Indonesia seringkali terjadi demo buruh. Faktor utama penyebab sering terjadinya demo buruh di Indonesia yaitu kecilnya upah minimum regional yang ditetapkan oleh pemerintah. Para buruh merasa upah yang ditentukan tidak sebanding dengan beratnya pekerjaan mereka.
Aksi unjuk rasa yang sering dilakukan para buruh ini seringkali mengganggu dan merusak fasilitas umum. Tak jarang mereka membuat keributan dengan para petugas kepolisian dengan melakukan aksi lempar.
Seperti contohnya demo buruh yang dilakukan pada Selasa (3/12/2013) yang terjadi di Serang – Banten. Para buruh tersebut melakukan aksi pemblokiran jalan di Pintu Tol Ciujung. Aksi yang dilakukan lebih dari 5.000 buruh ini menuntun agar Pemerintah Kabupaten Serang, segera merevisi Upah Minimum Kabupaten (UMK) yang sebelumnya ditentukan sebesar Rp.2.342.000 menjadi Rp.2.442.000.
Sering terjadinya demo buruh seperti ini tentu selalu diliput dan diberitakan oleh berbagai media massa. Pro dan kontra seringkali terjadi dan menjadi buah bibir masyarakat saat media massa memberitakan aksi unjuk rasa buruh ini.
Dalam kajian ilmu komunikasi massa, peran media memang sangat penting bagi masyarakat. Akan tetapi, melihat dari teori uses and gratification, audiens memilih media yang mereka inginkan. Dimana mereka merupakan audiens / khalayak yang secara aktif memilih dan memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda-beda didalam mengkonsumsi media. Pemirsa dilihat sebagai individu aktif dan memiliki tujuan, mereka bertanggung jawab dalam pemilihan media yang akan mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka dan individu ini tahu kebutuhan mereka dan bagaimana memenuhinya. Media dianggap hanya menjadi salah satu cara pemenuhan kebutuhan dan individu bisa jadi menggunakan media untuk memenuhi kebutuhan mereka, atau tidak menggunakan media dan memilih cara lain.
Dari teori ini, bisa disimpulkan bahwa media massa harus pandai-pandai dalam memilih berita yang akan ditayangkan. Berita demo buruh yang sering ditayangkan, bisa saja membuat audiens bosan dan memilih media lainnya. Pemerintah juga sebaiknya lebih menghargai kinerja buruh, dengan memberikan standar upah yang sesuai dengan tenaga yang dikeluarkan para buruh, agar aksi unjuk rasa ini tidak lagi terjadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H