Sumber daya ekonomi maritim Indonesia diperkirakan sangat besar dan mampu membayar utang negara dan mensejahterakan rakyat Indonesia. Pernyataan tersebut meskipun sedikit hiperbolik namun perlu mendapatkan perhatian serius dan dikaji secara ilmiah dan mendalam untuk kemungkinan dapat dituangkan dalam kebijakan. Terlepas dari itu, data dan fakta memang sangat menjanjikan. Pulau dan perairan Indonesia merupakan "harta karun" yang sangat berharga. Luas perairan Indonesia mencapai 3,1 juta km2. Tidak ada negeri yang memiliki garis pantai sepanjang Indonesia, kecuali Kanada, Amerika Serikat atau Inggris di zaman kolonial (meliputi negeri jajahannya). Total panjang pantai pulau-pulau di Indonesia mencapai 81.000 km, atau sekitar 80 kali panjang Pulau Jawa dari Anyer sampai Panarukan. Tapi, terbukti hanya sedikit sekali yang kita ketahui tentangnya. Pembangunan ekonomi/sosial yang berbasis kelautan harus menjadi prioritas. Ini membutuhkan riset dan investasi.
Jika melihat data dan fakta di Dirjen Kelautan dan Pesisir Kementerian Kelautan dan Perikanan menunjukkan bahwa dari 2000 spesies ikan di Indonesia baru 400 spesies dimanfaatkan secara ekonomi. Potensi lestari sumber daya ikan (SDI) laut Indonesia kurang lebih 6,4 juta ton per tahun atau 7 % dari total potensi lestari SDI laut dunia. Sampai dengan saat ini tingkat pemanfaatannya baru mencapi 4,4 juta ton. Jenis crustacean lebih dari 1.502 spesies, termasuk 83 jenis udang suku penaidea (jenis yang dapat dikonsumsi). Belum lagi data-data kelautan mencengangkan seperti 17 % genus karang dunia, 18 % terumbu karang, 30 % mangrove ada di Indonesia, dan padang lamun (sea grass) terluas di dunia serta jumlah kima (giant clam) terbanyak.
Namun dengan prospek kebaharian yang demikian besar, data di Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Kementerian Kelautan Dan Perikanan mencatat 32 % dari 16,42 jiwa masyarakat pesisir hidup di bawah garis kemiskinan, yang permasalahannya bermuara pada 4 komponen yang meliputi ekonomi, sosial budaya, lingkungan dan kewilayahan yang belum terkoordinasi dengan baik. Dari aspek ekonomi, infra struktur, pendayagunaan pulau-pulau terpencil, dan keterpencilan itu sendiri adalah aspek-aspek yang menghambat pengembangan ekonomi. Sementara poros ekonomi strategis kalah bersaing dengan negara lain. Dari aspek sosial budaya masih terbelenggu oleh penguasaan alam gaib laut, dibarengi lemahnya jiwa wirausaha. Dari komponen lingkungan, potensi kelautan dari aspek ekosistem (pemeliharaan, preservasi, konservasi dan perbaikan kualitas ekosistem termasuk mitigasi bencana) masih belum dapat dijalankan secara terpadu. Demikian juga dari aspek kewilayahan bangsa ini belum sepenuhnya mampu menjalankan fungsi-fungsi yang diemban sebagai negara bahari/kepulauan (archipelagic state) secara internasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H