Memperjuangkan gelar Sarjana di Ibu Kota Jakarta telah menjadi kesempatan emas dalam perjalanan hidupku sebagai seorang anak dari keluarga sederhana. Menggunakan transportasi umum sebagai sahabat setia telah menjadi bagian tak terpisahkan sejak aku duduk di bangku SMP. Namun, kala langkahku melangkah ke dunia perkuliahan sebagai mahasiswa baru di salah satu universitas swasta di Pasar Minggu, aku menjalankan aktivitas yang berbeda. KAI Commuter menjadi pilihan setia setiap hariku menuju kampus.
Tiga setengah tahun berlalu bersama KAI Commuter. Saat hari pertama kuliah, bayang-bayang kebingungan memenuhi pikiranku; urutan stasiun, jadwal kereta, semua terasa samar. Setiap harinya aku tekuni, menghadapi, dan mengatasi hingga akhirnya KAI Commuter tak lagi jadi hal yang sulit aku pahami.
Tahun 2019 hingga awal 2020, aku semakin terbiasa dengan rutinitas dan kenyamanan menaiki KAI Commuter. Seiring dengan laju waktu, senyap datang dan menggantikan kebahagiaan itu. Munculnya pandemi Covid-19 mengharuskan aku serta banyak orang lain meninggalkan aktivitas sehari-hari, termasuk naik KAI Commiter. Aku meninggalkannya selama berbulan-bulan.
Tetapi, seperti cahaya yang menyusup dari celah gelap, kesempatan kembali berada di hadapanku. KAI Commuter kembali beroperasi dalam suasana ketat dengan protokol kesehatan yang ketat pula. Ketentuan itu malah membangun rasa aman, karena risiko tertular semakin ditekan. Walaupun wabah mewabah, KAI Commuter Line tampak tanggap, dengan kebersihan kereta yang ditingkatkan dan petugas yang turut ambil peran besar dalam menegakkan protokol.
Kemudian, tahun-tahun berikutnya mengungkap perubahan besar, mulai dari langkah menuju new normal hingga pelonggaran pembatasan. Namun, ada satu hal yang tak pernah berubah, yakni keyakinanku pada KAI Commuter sebagai pilihan utama. Harganya terjangkau bagi mahasiswa, perjalanan yang efisien dan teratur, kebersihan dan keamanan yang dijaga erat oleh para petugas, semuanya membuatku selalu memilih KAI Commuter.
Bersama KAI Commuter, aku merangkai banyak cerita. Hari-hari kuliah berliku, kadang memilukan, kadang membesarkan hati. Air mata pernah meniti pipi dalam perjalanan, begitu pula tawa kebahagiaan. Saat itu di dalam gerbong, aku membawa kabar baik untuk keluarga di rumah: lulus beasiswa, memenangkan lomba, dan prestasi demi prestasi.
Tak terasa, masa perkuliahan yang panjang memasuki akhirnya. Aku menutup perjalanan sebagai mahasiswa dengan langkah terakhir yang sama seperti langkah pertama, naik KAI Commuter.
7 Juni 2023 saat yudisium, kampus mengharuskan penampilan rapi, perempuan mengenakan dress dan tampil elegan. Di sana, aku, yang kini resmi menyandang gelar Sarjana Komunikasi dengan pujian (cumlaude) dan penghargaan lulusan terbaik prodi, rasa kegembiraan, kebanggaan, semuanya menyatu saat itu. Ketika Yudisium selesai, meskipun banyak yang memilih transportasi lain, aku tetap memilih pulang naik KAI Commuter. Di dalam KRL, aku memandang pemandangan, berpikir, "Semoga nanti kerjaku dekat stasiun, supaya bisa terus naik kereta."
Mengapa? Karena harganya terjangkau. Aku bersyukur bisa mengaksesnya dengan mudah. Jarak 16 kilometer yang kulalui setiap hari tak lagi merepotkan, tak perlu khawatir lelah, hujan, atau macet.
Kenangan mengejar sarjana bersama KAI Commuter menjadi abadi di dalam brankas ceritaku. Perjuanganku sebagai mahasiswa, rasa syukur atas KAI Commuter yang selalu setia menemani. KAI Commuter bukan sekadar moda transportasi, ia adalah teman perjalanan setiap langkah hidupku. Dari awal perjalanan mahasiswa hingga meraih gelar Sarjana Ilmu Komunikasi, perjuangan dan perasaan ada dalam setiap detak perjalanan.