Mohon tunggu...
Cintia Gita
Cintia Gita Mohon Tunggu... Penulis - #MenjadiSukses #MenjadiHidup #MenjadiBermakna | Sharing Oriented

❝Manusia terhebat dengan ide terhebat sekalipun bisa dijatuhkan oleh orang terkecil dengan pola pikir tersempit—tetaplah berpikir besar.❞ (John Maxwell)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Verbal Bullying: Lempar Canda, Sembunyi Luka

15 Juli 2021   08:00 Diperbarui: 15 Juli 2021   08:07 1472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Hal menyedihkan apa yang nggak bisa kamu ungkapkan akhir-akhir ini?" 

"Orang di sekitarku bercanda, tapi yang mereka sampaikan itu tindakan verbal bullying. Menurutku, itu sangat menyedihkan karena bercanda adalah bentuk komunikasi yang sifatnya menyenangkan dan dapat diterima antara komunikator dan komunikan. Bukan komunikasi yang berakhir menyakitkan."

"Seberapa menyeramkan kata 'Baper' sejauh yang pernah kamu dengar?"

"Baper hadir sebagai kata bermakna negatif dan yang menyeramkannya adalah kata 'maaf' tergantikan. Banyak orang lupa untuk meminta maaf dan menggunakan kata 'baper' untuk melindungi diri dari kesalahan. Padahal meminta maaf tidak melambangkan kekalahan."

Berbicara Tentang Bercanda dan Verbal Bullying

Bercanda adalah satu kata yang sudah tidak asing lagi bagi kita. Kata bercanda memberikan gambaran yang membahagiakan dan berhubungan dengan tawa, riang, senang, dan berkesan. Bercanda adalah komunikasi yang menyenangkan. Menurut Bona Sardo, M.Psi., Psikolog dari Universitas Indonesia berpendapat bahwa bercanda memiliki batas karena persepsi setiap orang dalam bercanda itu berbeda-beda.  Bercanda yang menyenangkan dapat hancur seketika saat adanya intervensi dari kata yang berlebihan; menghina, memaki, menjuluki, menyoraki, mempermalukan, memfitnah, menyebar gosip, dan mengucilkan.

Hal yang tak jarang terjadi adalah verbal bullying bersembunyi di balik kata bercanda. 

"Lo gak becus banget! Bercanda." (Mengucilkan)

"Masakan lo gak enak, gak cocok jadi koki, ubah aja cita-cita lo, ketinggian! Jangan baper, ya." (Mempermalukan)

"Gitu aja gak bisa, katanya anak jurnalistik?" (Merendahkan)

"Dasar bodoh!" (Memaki)

"Itu loh si 'kayu putih'" (Memberi julukan)

Contoh kutipan di atas adalah contoh verbal bullying yang tidak perlu dicontoh. 

Kata Maaf Masih Memiliki Arti

Psikolog klinis dari University of Sydney, Christopher John Hunt berpendapat dalam studinya bahwa bercanda yang melibatkan fisik atau bahasa kasar berpotensi menghina (seperti verbal bullying) dilakukan tanpa sadar dan tanpa maksud menyinggung. Apabila terjadi hal seperti ini, tak ada salahnya untuk meminta maaf karena kata "maaf" masih memiliki arti. 

Meminta maaf bukan berarti kita akan terlihat lemah dan menjadi pecundang karena sejatinya "maaf" bukanlah juri dari kompetisi yang dapat menentukan siapa yang menang siapa yang salah, tetapi meminta maaf adalah lambang kerendahan hati untuk menerima keadaan dan kesalahan yang terjadi.

Bercanda tanpa Meninggalkan Luka

Verbal bullying adalah satu dari sekian banyaknya bentuk bullying yang bersembunyi di balik candaan.

Perlu diketahui bahwa bercanda adalah hal yang menyenangkan, bukan untuk meninggalkan luka. Jika kamu bercanda, namun candaanmu menyakiti hati orang lain, maka kamu gagal dalam bercanda. Akui dan minta maaf.

Verbal bullying bukan bercanda dan bercanda bukan tempat bersembunyi dari kesalahan.

Bercandalah tanpa meninggalkan luka.

Semangat! Semoga harimu selalu menyenangkan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun