Contoh kutipan di atas adalah contoh verbal bullying yang tidak perlu dicontoh.
Kata Maaf Masih Memiliki Arti
Psikolog klinis dari University of Sydney, Christopher John Hunt berpendapat dalam studinya bahwa bercanda yang melibatkan fisik atau bahasa kasar berpotensi menghina (seperti verbal bullying) dilakukan tanpa sadar dan tanpa maksud menyinggung. Apabila terjadi hal seperti ini, tak ada salahnya untuk meminta maaf karena kata "maaf" masih memiliki arti.
Meminta maaf bukan berarti kita akan terlihat lemah dan menjadi pecundang karena sejatinya "maaf" bukanlah juri dari kompetisi yang dapat menentukan siapa yang menang siapa yang salah, tetapi meminta maaf adalah lambang kerendahan hati untuk menerima keadaan dan kesalahan yang terjadi.
Bercanda tanpa Meninggalkan Luka
Verbal bullying adalah satu dari sekian banyaknya bentuk bullying yang bersembunyi di balik candaan.
Perlu diketahui bahwa bercanda adalah hal yang menyenangkan, bukan untuk meninggalkan luka. Jika kamu bercanda, namun candaanmu menyakiti hati orang lain, maka kamu gagal dalam bercanda. Akui dan minta maaf.
Verbal bullying bukan bercanda dan bercanda bukan tempat bersembunyi dari kesalahan.
Bercandalah tanpa meninggalkan luka.
Semangat! Semoga harimu selalu menyenangkan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H