Mohon tunggu...
Cintia Gita
Cintia Gita Mohon Tunggu... Penulis - #MenjadiSukses #MenjadiHidup #MenjadiBermakna | Sharing Oriented

❝Manusia terhebat dengan ide terhebat sekalipun bisa dijatuhkan oleh orang terkecil dengan pola pikir tersempit—tetaplah berpikir besar.❞ (John Maxwell)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cicak dan Semut: Keegoisan Berakhir Penyesalan

11 Februari 2021   11:31 Diperbarui: 12 Februari 2021   01:48 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kompasiana.com/cintiagita

Suatu malam, seekor semut melangkah di lantai rumah sambil membawa makanan untuk keluarganya yang menunggu di celah lantai yang berlubang atau mungkin di balik kayu-kayu rumah. 

Melihatnya membawa makanan dengan begitu sigap, langkahnya tak tergoyahkan, ia berjalan dengan penuh keyakinan bahwa makanan tersebut akan sampai kepada keluarganya.

“Adik pasti senang melihatku pulang membawa makanan,” ucapnya.

Si semut merasa bahagia, ia mengeratkan gigitannya pada serpihan makanan itu. Membayangkan adiknya berlari bahagia menyambutnya saat datang, berbagi makanan bersama ayah dan ibunya.

Membayangkannya saja sudah membahagiakan.

Ketika semut tiba di bawah sofa, setengah perjalanan berhasil ia tempuh. Namun, ia tidak menyadari kehadiran satu hewan yang sedang memantaunya dengan target pada makanan yang ada pada semut itu.

Hewan itu berjalan dengan keempat kakinya, merayap pelan-pelan menuju si semut dan ... HAP!

Cicak itu merebut makanan milik semut kemudian ia berlari menjauhi si semut.

Semut merasa kebingungan, harapan yang ia sudah bayangkan tiba-tiba hancur begitu saja.

“Bagaimana jika adik bertanya ‘Dimana makanannya?’ apa yang harus aku jawab?” tanya semut dalam hati. Ia menoleh ke kanan dan kiri, matanya tak lagi sanggup menemukan dimana cicak itu berada.

Ikhlas. Hanya itu yang bisa semut lakukan.

“Baiklah, mungkin si cicak sangat membutuhkan makanan, aku bisa cari makanan lagi,” kata semut dan ia mulai menelusuri lantai-lantai rumah, berharap pemilik rumah menjatuhkan serpihan makanan untuknya.

Saat semut sedang mencari makanan, cicak mengintip dari balik jendela, ia berkata dalam hatinya, “Semut itu binatang yang sangat santai dan pandai, bisa terus berjalan ketika ada manusia di dekatnya. Sedangkan aku adalah hewan yang selalu lari dari masalah, penuh kepanikan, mudah melepaskan apa yang aku inginkan ketika aku merasa terancam.”

Cicak langsung pergi ke rumahnya dengan kondisi yang sudah kenyang. Setibanya di rumah, ternyata di rumahnya ada banyak makanan yang telah ibu dan ayahnya siapkan.

Muncul rasa penyesalan dari dalam diri cicak, merasa bahwa keegoisannya tadi sangat merugikan si semut. Cicak menceritakan pada ibunya dan ayahnya.

Dalam ketenangan, sang ibu menjawab, “Kamu harus menurunkan sikap egoismu, kamu tidak boleh mengambil apa yang bukan milikmu, itu kejahatan. Kamu bisa bicara baik-baik pada semut, izin untuk meminta makanannya. Jika diizinkan, ambillah. Namun jika tidak, jangan sekali-kali kamu merampas milik orang lain. Kejahatan tidak pernah dibenarkan.”

Cicak merasa sangat menyesal, setelah ibunya berbicara, ayah melanjutkannya. “Sekarang kamu bawa makanan ini pada semut. Jangan lupa untuk mengakui kesalahanmu dan meminta maaf.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun