Mohon tunggu...
cinthya laura
cinthya laura Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Urgensi Kesetaraan Gender dalam Pencapaian Pertumbuhan Ekonomi

17 Juni 2024   10:10 Diperbarui: 17 Juni 2024   10:14 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Isu kesetaraan gender menjadi sangat penting di era reformasi ini, terutama dalam konteks pencapaian pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif. Sustainable Development Goals (SDGs) memiliki 17 fokus utama, dua di antaranya adalah kesetaraan gender serta pekerjaan layak untuk pertumbuhan ekonomi. Kedua tujuan ini saling berkaitan dan sangat relevan dalam upaya menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi semua orang.

Kesetaraan gender bukanlah sekadar konsep teoretis, melainkan indikator utama dalam memerangi diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan. Ini mencakup penghapusan pandangan bahwa perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan dapat membenarkan perlakuan tidak adil. Kesetaraan gender menekankan bahwa baik laki-laki maupun perempuan memiliki hak yang sama dalam segala aspek kehidupan, termasuk pekerjaan dan kepemimpinan. Namun, kenyataan di masyarakat menunjukkan bahwa kedudukan perempuan dan laki-laki cenderung dibeda-bedakan. Laki-laki sering dianggap lebih mampu dalam memimpin karena sifat maskulin yang dikaitkan dengan kemampuan untuk mengambil keputusan secara tegas. Sebaliknya, perempuan sering dipandang memiliki sifat feminin yang dianggap kurang cocok untuk posisi kepemimpinan karena dianggap mudah terbawa perasaan.

Peran dan posisi perempuan memiliki dampak besar di berbagai bidang, termasuk ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan politik. Stigma terhadap perempuan menimbulkan berbagai masalah sosial yang perlu diselesaikan. Perkembangan zaman memungkinkan interaksi sosial yang lebih terbuka, memberi perempuan kesempatan untuk berkontribusi langsung dalam pembangunan ekonomi. Perempuan, baik di ranah domestik maupun publik, menunjukkan bahwa mereka bukanlah kelompok yang lemah seperti stigma yang melekat selama ini. Partisipasi politik perempuan perlu diperkuat untuk menghasilkan kebijakan strategis yang mendukung pembangunan ekonomi dan melindungi hak-hak perempuan, sehingga memperkuat kesetaraan gender di Indonesia.

Perempuan sebenarnya memainkan peran penting dalam pembangunan ekonomi. Tujuan SDGs mengenai pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi menekankan pentingnya pekerjaan yang layak bagi semua orang guna mencapai pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Namun, perempuan masih sering menghadapi kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan yang layak dibandingkan laki-laki. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada tahun 2020, persentase tenaga kerja laki-laki mencapai 42,71%, sementara perempuan hanya 34,65%. Pada tahun 2021, persentase tenaga kerja perempuan naik menjadi 36,20%, tetapi masih lebih rendah dibandingkan laki-laki yang mencapai 43,39%.

Budaya patriarki yang mendominasi banyak aspek kehidupan sosial dan ekonomi menjadi hambatan utama dalam mencapai kesetaraan gender. Patriarki menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan dan dominasi, yang membatasi perempuan dalam diskriminasi gender dan menghambat akses mereka terhadap kesempatan yang setara. Ketidaksetaraan ini berlanjut dalam dunia kerja, mengurangi peluang kerja yang layak bagi perempuan dan menghambat pertumbuhan ekonomi yang inklusif.

Di dalam dunia kerja, upaya untuk mencapai kesetaraan gender masih belum sepenuhnya dilakukan. Hal ini terlihat dari berbagai kesenjangan yang dialami oleh tenaga kerja perempuan, baik dari institusi maupun latar belakang sosial budaya. Dengan mendukung peran dan keterlibatan perempuan dalam pembangunan ekonomi, diharapkan perempuan tidak lagi dipandang sebelah mata. Paradigma budaya patriarki harus diubah untuk menempatkan perempuan pada posisi yang ideal tanpa diskriminasi. Keterwakilan perempuan di parlemen sangat mempengaruhi kesejahteraan kelompok perempuan dengan mewakili, mengawal, dan mempengaruhi politik yang lebih adil dan sensitif terhadap gender.

Ketidaksetaraan gender dalam akses ke pekerjaan layak berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi. Kesenjangan dalam kesempatan kerja mengurangi produktivitas dan potensi ekonomi secara keseluruhan. SDGs bertujuan menghapus ketidaksetaraan gender dan memastikan pekerjaan layak bagi semua orang, yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat. Ketidaksetaraan ini akan menyebabkan kekurangan peluang kerja layak secara terus-menerus. Oleh karena itu, tujuan SDGs untuk mencapai kesetaraan gender dan pekerjaan layak sangat penting untuk menciptakan kehidupan ekonomi dan sosial yang lebih baik. Ketidaksetaraan gender di lingkungan kerja juga mempengaruhi hak-hak perempuan. Dengan adanya tujuan SDGs untuk memberantas ketidaksetaraan gender, diharapkan dapat menghapus stereotip di masyarakat mengenai penilaian subjektif terhadap laki-laki dan perempuan. Ketika kesetaraan gender tercapai, pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat akan meningkat.

Pembangunan ekonomi tidak akan pernah terlepas dari peningkatan kualitas sumber daya manusia. Usaha untuk meningkatkan kualitas SDM tersebut tidak bisa dilepaskan dari isu gender. Peran kesetaraan gender dalam pembangunan ekonomi sangat menentukan dan dapat memberikan dampak luas pada masyarakat. Meskipun sudah banyak program dan kegiatan yang dilakukan pemerintah, hasilnya masih menunjukkan kesenjangan antara laki-laki dan perempuan dalam hal kontrol, manfaat, partisipasi, akses, dan kontrol terhadap sumber daya di bidang kesehatan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya, dan lainnya.

Mendorong pembangunan yang memperhatikan gender merupakan strategi penting untuk memberdayakan masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan, dalam pembangunan ekonomi. Dengan meningkatnya partisipasi aktif pria dan wanita dalam pembangunan ekonomi, akan tercipta langkah-langkah kreatif untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, pola pertumbuhan ekonomi tidak hanya berfokus pada peningkatan angka, tetapi juga pada peningkatan kualitas manusia di dalamnya sehingga pembangunan manusia semakin berkualitas. Dengan demikian, tujuan SDGs dalam mencapai kesetaraan gender dan pekerjaan layak dapat terwujud, menciptakan kehidupan yang lebih adil dan sejahtera bagi semua.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun