Anda pernah mengunjungi Hong Kong? Orang menyebutnya negeri Beton, mungkin itu semua karena kemana kita memandang yang terlihat hanya beton (baca:gedung-gedung) . Coba perhatikan pula, di setiap jengkal yang kita lalui semuanya beton kan? susah sekali menemukan tanah di sini, selain di taman-taman yang memang khusus di sediakan untuk menanam pepohonan, dan juga di pegunungan tentunya.
Tapi itu bukan point yang mau saya bahas, tapi suasana sore hari jam pulang kerja. Bagi mereka yang naik MTR, sebutan untuk kereta bawah tanah, pasti berjubel, penuh orang. Tapi tak pernah tuh kelihatan saling berdesakan dan saling dorong, apalagi saling genjet. Mereka dengan kesadaran sendiri antri dengan teratur, ya karena di sini 2-3 menit kereta berikutnya sudah datang, jadi mereka tidak terlalu di rugikan dengan waktu. begitu juga dengan pengguna jalan raya, meski  jalanan sini terlihat sempit dan kecil tapi hampir tak pernah terjadi kemacetan yang berarti, kecuali kalau pas hujan atau ada kecelakaan, maka lalu lintas sedikit terhambat.
Bukan bermaksud membandingkan negeriku, karena jelas tidak mungkin di bandingkan, jauuuuhhh...tapi aku cuma ingin share pengalaman pribadi yang aku yakin semua orang hampir punya keluhan yang sama. Tinggal di Ibukota, macet itu sudah pasti, naik angkot berdesakan juga tidak bisa di hindari, kecuali bagi mereka yang naik mobil pribadi. Â Buat yang naik bis umum, perjalanan berangkat dan pulang kerja sudah merupakan perjuangan yang penuh pengorbanan, waktu, uang dan tenaga. Paling tidak butuh waktu sekitar2-3 jam cuma habis untuk perjalanan, belum lagi kalau terjebak macet. Pengalamanku berdesak-desakan dengan penumpang lain di pintu busway Pulogadung membuatku agak sedikit takut , tergencet di pingiran besi pembatas yang tingginya kebetulan setinggi leher, membuatku serasa tercekik , alhamdulillah akhirnya berhasil lolos, bukan karena aku berhasil naik busway, tapi karena aku memilih untuk memisahkan dari barisan orang-orang tersebut. Bahkan akhirnya memilih rute lain yang lebih lega meski harus berputar-putar dan tentu saja memerlukan waktu lebih lama.
Sungguh miris menyaksikan segala  potret  negeriku. Supir bis banyak yang ugal-ugalan, di angkot ga aman lagi karena banyak kasus perkosaan, pengendara motor pun banyak yang saling serobot demi cepat-cepat sampai tujuan, penumpang kereta api masih banyak yang milih duduk di atap-atap. Mereka seakan punya mental berani mati, mereka ga sadar apa ya kalau nyawa kita ini anugerah dari Allah yang harus kita jaga dengan baik?
Tak heran kalau berkaca dari semua itu, banyak sekali orang yang sudah pernah merasakan nikmatnya pelayanan fasilitas umum di luar negeri pasti akan membandingkannya dengan kondisi di negeri sendiri. Di sini kita bayar pajak tapi pajak yang kita bayarkan bener-bener ada wujudnya, di kembalikan ke masyarakat dalam bentuk peningkatan pelayanan fasilitas umum di segala bidang. Di Indonesia kita sama-sama bayar pajak tapi malah di pakai untuk menghidupi para tikus-tikus berdasi.
Let's pray for Indonesia, aku cinta Indonesia, semoga suatu hari kelak....negeriku bangkit dari keterpurukannya, ba'datun toyyibun warobbun ghofur...aamiin Ya Rabb.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H