Siang tadi saya terperangah melihat berita di Metro TV. Betapa tidak, buntut dari kasus contek massal yang terjadi di SD Negeri Gadel Surabaya malah membuat pihak yang jujur menjadi bulan-bulanan massa setempat. Terlihat di televisi, warga yang sebagian besar orang tua murid, memprotes keluarga dari murid AL yang melaporkan kejadian contek massal saat ujian akhir berlangsung.
Aduh, sudah sedemikian parahnya kah dunia pendidikan kita? Peristiwa contek-menyontek yang jelas-jelas perbuatan curang kok dibela banyak orang. Konon, murid AL adalah yang murid pintar yang kerap menjadi acuan nilai baik. Kepada orang tuanya ia mengaku dicontek teman-teman pada saat ujian. Kejadian itu akhirnya dilaporkan dan membuat Kepala Sekolah dicopot dari jabatannya dan guru kelas diturunkan pangkatnya.
Saya tidak habis pikir dengan reaksi warga dan orang tua murid. Jika mereka sampai mencaci-maki dan mengusir keluarga AL dari kampungnya, di mana letak hati nurani mereka? Kenapa nilai kejujuran dikesampingkan? Mereka bukannya mendidik anak-anak mereka untuk berlaku jujur seperti AL, malahan memojokkan sedemikian rupa.
Mungkin benar ada anekdot berbahasa Jawa yang menyebutkan "jujur marai ajur" yang artinya "jujur berakibat hancur". Oh, negeriku... jika perilaku tidak jujur sudah dimulai sejak dini dan bahkan dibela mati-matian, lalu bagaimana masa depan kita bersama? Ah.... saya pusing....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H