Mohon tunggu...
Cinta Mayra zetha
Cinta Mayra zetha Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Mahasiswi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menelusuri Jejak Kelam G-30 S-PKI: Sebuah Refleksi Sosiologis

7 Juli 2024   11:18 Diperbarui: 7 Juli 2024   11:31 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peristiwa Gerakan 30 September (G-30 S) PKI merupakan salah satu luka sejarah bangsa Indonesia yang masih meninggalkan banyak pertanyaan dan perdebatan. Tragedi berdarah ini tidak hanya merenggut nyawa para jenderal TNI AD, tetapi juga memicu pergolakan politik dan sosial yang dahsyat. Sebagai bagian dari generasi muda, penting bagi kita untuk mempelajari peristiwa ini secara mendalam, tidak hanya dari sisi sejarah, tetapi juga dari sudut pandang sosiologi komunikasi.

Baru-baru ini, saya berkesempatan untuk mengunjungi Museum AH Nasution, salah satu saksi bisu peristiwa G-30 S PKI. Di museum ini, saya disuguhkan dengan berbagai koleksi benda bersejarah, seperti pakaian, senjata, dan foto-foto yang berkaitan dengan peristiwa tersebut. Selain itu, saya juga mendengarkan berbagai cerita dari para saksi mata yang masih hidup.

Pengalaman ini membuka mata saya tentang kompleksitas peristiwa G-30 S PKI. Peristiwa ini bukan hanya tentang pertarungan politik, tetapi juga tentang perebutan pengaruh, ideologi, dan bahkan narasi. Media massa dan komunikasi memainkan peran penting dalam menyebarkan informasi dan membentuk opini publik selama dan setelah peristiwa tersebut.

Dari sudut pandang sosiologi komunikasi, G-30 S PKI dapat dilihat sebagai contoh bagaimana komunikasi dapat digunakan untuk memanipulasi dan mengendalikan massa. Para pelaku G-30 S PKI menggunakan berbagai cara untuk menyebarkan informasi yang menyesatkan dan menciptakan rasa ketakutan di masyarakat. Mereka juga menggunakan media massa untuk mempropagandakan ideologi mereka dan menyerang lawan-lawan politik mereka.

Peristiwa G-30 S PKI juga menunjukkan bagaimana komunikasi dapat memainkan peran penting dalam membangun dan memperkuat identitas kelompok. Para pelaku G-30 S PKI menggunakan komunikasi untuk menyatukan anggotanya dan membangun rasa solidaritas. Mereka juga menggunakan komunikasi untuk membedakan diri mereka dari kelompok lain dan menciptakan rasa "kami" dan "mereka".

Mempelajari G-30 S PKI dari sudut pandang sosiologi komunikasi dapat membantu kita untuk memahami dengan lebih baik bagaimana komunikasi dapat digunakan untuk tujuan yang baik maupun buruk. Kita juga dapat belajar dari peristiwa ini untuk menjadi pengguna media massa yang lebih kritis dan cerdas.

Berikut adalah beberapa poin penting yang dapat dipelajari dari peristiwa G-30 S PKI dalam kaitannya dengan ilmu sosiologi komunikasi:

  • Komunikasi dapat digunakan untuk memanipulasi dan mengendalikan massa.
  • Media massa dan komunikasi memainkan peran penting dalam menyebarkan informasi dan membentuk opini publik.
  • Komunikasi dapat membangun dan memperkuat identitas kelompok.
  • Penting untuk menjadi pengguna media massa yang kritis dan cerdas.

Dengan mempelajari peristiwa G-30 S PKI dan memahami bagaimana komunikasi digunakan dalam peristiwa tersebut, kita dapat berharap untuk membangun masa depan yang lebih baik di mana komunikasi digunakan untuk mempromosikan perdamaian, toleransi, dan saling pengertian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun