Mohon tunggu...
Gerakan Cinta Jakarta
Gerakan Cinta Jakarta Mohon Tunggu... -

Gerakan Cinta Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mimpi Jakarta Go Internasional

31 Mei 2011   04:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:02 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang kolega dari Singapura, entah bercanda entah serius, mengatakan malas sekali kalau harus punya urusan di Jakarta. Kalau tidak sangat terpaksa, maka urusan ke Jakarta akan diwakilkan kepada bawahannya.

Alasannya satu, namun krusial, yaitu terbuangnya waktu di jalan raya sehingga produktifitasnya terganggu. Betapa tidak, dari Singapura menuju Jakarta hanya membutuhkan waktu lebih kurang 1 jam 40 menit. Namun dari Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, menuju Jakarta Pusat bisa memakan waktu lebih dari dua jam. Bagaimana bisa dari satu titik di Jakarta menuju titik lain di kota yang sama harus memakan waktu selama itu? Problemnya bukan soal jarak, tetapi mandeknya kelajuan kendaraan di jalan raya.

Jakarta memiliki luas lebih kurang sama dengan Singapura. Yang membedakan dua kota ini adalah soal ada tidaknya kemacetan. Di Singapura jelas tidak mengenal kata macet. Di samping penduduknya memang hanya sepertiga penduduk Jakarta, sistem transportasi umumnya jauh lebih baik dan tertib. Bahkan di bawah tanah Singapura, jalur kereta bawah tanahnya sudah seperti kota tersendiri.

Tetapi memang tidak elok jika harus menggerutu terus-menerus dan frustasi karena melihat kota di negara lain jauh lebih baik daripada Jakarta. Membandingkan ini hanya dalam rangka memotivasi Jakarta untuk bisa menjadi lebih baik.

Jakarta dan macet memang ibarat saudara kembar. Namun salah satu memang harus dinegasikan karena merusak bagi yang lain. Macet harus dijadikan musuh bersama, agar Jakarta menjadi layak dan nyaman untuk ditinggali.

Menyelesaikan problem kemacetan bukan hanya soal mengurangi waku yang terbuang di jalanan, atau membuat perjalanan warga kota menjadi nyaman. Menyelesaikan kemacetan justru juga akan memberi berkah kehidupan eknomi yang lebih baik terhadap Jakarta.

Sadarkah kita, selain keengganan beberapa pihak untuk memiliki urusan bisnis di Jakarta, wisatawan pun juga enggan untuk berkunjung ke Jakarta. Kalaupun kita bertemu dengan orang berkebangsaan asing di Jakarta, sangat diragukan ia wisatawan, mungkin ekspatriat yang memang bekerja di sini.

Padahal, banyak kota-kota internasional hidup dari wisatawan. Singapura, Kualalumpur, bahkan Bangkok sangat sadar bahwa mereka bisa hidup dari kedatangan para wisatawan mancangara. Oleh sebab itu transportasi publik dan kenyamanan wisatawan sangat diperhatikan.

Jakarta tidak akan berhasil masuk dalam pergaulan kota modern di dunia jika tidak segera menjalankan program radikal pembenahan transportasi kota. Jakarta akan terkurung dalam kegelapan dan stagnasi pembangunan jika tidak beranjak dari kondisi saat ini. Jika kota-kota modern di dunia berhasil membuat wisatawan asing betah berlama-lama untuk tinggal dan membelanjakan uang mereka, Jakarta malah masih menjadi gerutuan warganya sendiri.

Tapi menggerutu memang tidak menyelesaikan masalah. Kita perlu menyadarkan semua pihak, baik pemerintah maupun warga kota untuk mengambil peran masing-masing dalam mengurangi beban kemacetan di jalan raya. Setelah sadar, kita bisa mengambil peran sesuai kapasitas masing-masing.

Untuk itulah Koran Cinta Jakarta Edisi ke-2 ini hadir, yaitu dalam rangka mengkampanyekan transportasi Jakarta yang lebih baik. Transportasi seperti yang dimiliki kota-kota modern pada umumnya. Perpaduan antara gerutuan dan harapan agar bisa menjadi kota yang lebih baik.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun