Mohon tunggu...
fitri puspita hapsari
fitri puspita hapsari Mohon Tunggu... -

kunci yang menanti gembok untuk membuka pintu kebenaran

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Persembahan Terakhir untuk Cinta

18 Maret 2011   13:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:40 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Menyesal.............menatap wajah yang begitu kusut
rasa yg tak ku pahami
dicermin..................

Kemarahan itu sekejap menguasai diri ini
Aku bahkan tak bisa mengenali diriku lagi......

Rasa itu terlalu sakit......menghantam keras ,menyisahkan kepingan-kepingan duka

Apa yang sebenarnya terjadi.....................
aku mencari tanpa tau apa yg aku cari

===000====

Pencairan ini membutuhkan seribu aku, sedang aku hanya satu. Aku berjalan di ungunya langit, tanpa arah. Angin menari-nari ke arah barat, desirannya mengantarkan satu suara teduh. Hatiku teriak, ini bukan tentang dunia, aku hanya ingin menemukan makna.

Hingga, aku bertemu biru. Di monitor acer saatku membuka dunia baruku, di persahabatan tanpa lelah, di tawa renyah anak-anak saat melihat kasih sayang tulus untuk mereka,...

dan di dirimu. Saat kau ajari mereka hal-hal baru yang belum mereka tau.

pertemuan awal kita yang tak kan pernah kulupakan. kita belum saling kenal, namun kau dengan lancangnya memprotesku. Protes yang keras, hingga kudapat menemukan kesalahan itu. Kau yang begitu kharismatik, -yang dapat kulihat disosok kakak dan ayahku-, aku melihatnya pula ada padamu.

aku selalu terbuka menerima siapa saja dalam kehidupanku, begitu juga dirimu. tapi sungguh mengenalmu, dan duniamu membuatku hawatir, aku takut, aku takut pada perbedaan yang begitu kontras ini. Kebaikan-kebaikanmu membuka satu ruang dalam jiwaku, aku benar-benar ingin berteriak, perbedaan ini membuat dinding pembatas di antara kita. inginku mengenalmu dan menghapus semua perbedaan itu. Bagiku, perbedaan itu indah, sangatlah indah meski dalam perbedaan.

Ya, akhirnya aku melihat biru itu. aku melihat biru dalam dirimu. Biru yang luas, melebihi langit, melebihi samudra. Dan aku hanya dapat terperangah, dengan takjub yang buncah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun