Raga dan imajenasi bersatu bersama jiwa ada rasa yang melengkapi. Seketika proses pertemuan 2 hati membawa pada takdir kehidupanku
Imajenasi ini seakan-akan hidup beratus-ratus tahun yang lalu saat penciptaan pertama manusia yang diwakili oleh kaum ibu.Menyusuri detik-perdetik waktu seakan memasukanku pada proses pendewasaan.
Ketika kenyataan menemukankanku dengan cinta sejati membuat jiwa dan raga ini seolah terlihat matang dalam usia yang masih belia. Sesaat kemudian rasio ini memaksaku mengahapus semua bentuk penyebab yang membuatku ragu. Menyakinkan jika inilah proses dari sebuah pencarian. Aku benar-benar dipaksa oleh jiwa dan batin untuk memikirkan sebuah ikatan suci yang dibingkai dalam bahtera rumah tangga.
Kha apa yang salah dengan penekanan ini. Apakah aku benar-benar siap menghadapi proses kehidupan yang benar-benar memaksaku pada suatu kewajban yang serius.
Ada perasaan takut, binggung dan entah beberapa ribu perasaan berkecamuk dalam batin, tapi jiwa ini terus dan terus merintih, menyakinan aku bahwa aku tlah menemukan sepenggal belahan jiwa. Hanya butuh waktu dan kesabaran untuk benar-benar menguji diriku pada proses pendewasaan yang sebenarnya.
Aku hanya bisa berserah pada permainan takdir. Jika ini memang akhir dari proses pencarianku, mengapa tidak untukku mencoba memantapkan hati dan diri untuk benar-benar melatih menjadi seorang wanita yang siap memikul tanggung jawab itu.
Tak perlu mengubah aku sebagai jati diri yang baru hanya perlu sedikt olesan untuk benar-benar terilihat dewasa. Sekian ungkapan hati yang terus dan terus memaksaku mengungkapan sebentuk harapan pada tahun ini.amien
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H