Mohon tunggu...
fitri puspita hapsari
fitri puspita hapsari Mohon Tunggu... -

kunci yang menanti gembok untuk membuka pintu kebenaran

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Memory of Sepasang CiNcIn BerNama

16 Maret 2011   22:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:44 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Airmata takan sangup menjadi bukti betapa terlukanya hati ini

Jika saja semuanya dapat ku hentikan, mungkin cinta takan sangup merobek isi hatiku

Untuk kesekian kalinya cinta menghancurkan impian dan harapan

Dan haruskah aku diam saja menikmati segala yang trjadi?

Terasa sulit tersenyum menerima kenyataan

Yang tak pernah henti menghempaskan diri pada jurang keperihan

Tapi mungkin akan lebih sulit jika aku terus-menerus berperang melawan takdir

Memaksaku untuk mengibarkan bendera kekalahan…….

Kalah pada ketakutan diri yang membutuhkan kasih sayang.

Hingga dirimu dan sejuta perhatian berusaha menyihirku

Kau lukis kententraman dalam sepenggal ketakutan yang masih tersisa

Kau sentuh luka yang teramat perih….kau balut dengan ketulusan

Memeluk erat tubuh yang bertahun-tahun merindukan pelukan

Kau dekap aku dalam kehangatan yang paling amat ku inginkan

Kau membuatku terjatuh pada pengharapan untuk memelikimu

Memilikimu seutuhnya.

Dan kini…………………………

Sepasang cincin tlah terukir nama kita berdua hanya menjadi saksi

Melingkar indah  tanpa harus memiliki

Karena dunia dan seisinya tak pernah meresrtui kita untuk bersatu

Terhimpit pada beragam persoalan yang akhirnya membuatku lelah

Seperti kau yang lelah membalas sejuta pengaduanku lewat sebait pesan

Sepasang cincin ini hanya menjadi kenangan

Sudahlah lupakanlah….biar semua menguap ke langit

Bersama sisa-sisa tangis dan doa-doa tersendat

Lupakanlah…lihat rapi dalam batin yang perih

Sebab langit telah menggisik-ngisikan matanya

Berdarah karena duka pertikaian hati

Mari kita mengubah arah

Karena  Impian nyatanya lebih tajam dari tepi-tepi ilalang

Dan kita sama-sama tersayat pada goresan-goresan luka.

dan meninggalkan luka dan air mata yang tlah mengering.

kenangan sepasang cincin kita...aku mencintaimu selalu..dan akan terus mencintaimu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun