Mohon tunggu...
Cinta Adolfinanda Kolloh
Cinta Adolfinanda Kolloh Mohon Tunggu... Psikolog - Mahasiswa

Menulis, Membaca Novel

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kebebasan dan Kehendak Menurut Friedrich Nietzsche

12 Januari 2025   13:25 Diperbarui: 12 Januari 2025   13:25 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Friedrich Nietzsche

LATAR BELAKANG 

Friedrich Nietzsche (lahir 15 Oktober 1844, Röcken, Saxony, Prusia ( Jerman )—meninggal 25 Agustus 1900, Weimar , Negara Bagian Thuringian) adalah seorang sarjana klasik, filsuf, dan kritikus budaya Jerman , yang menjadi salah satu pemikir modern paling berpengaruh. Upayanya untuk mengungkap motif yang mendasari agama , moralitas , dan filsafat Barat tradisional sangat memengaruhi generasi teolog, filsuf, psikolog, penyair, novelis, dan penulis drama. Dia memikirkan konsekuensi dari kemenangan sekularisme Pencerahan , yang diungkapkan dalam pengamatannya bahwa "Tuhan sudah mati," dengan cara yang menentukan agenda bagi banyak intelektual paling terkenal di Eropa setelah kematiannya. Meskipun dia adalah musuh bebuyutan nasionalisme , anti-Semitisme , dan politik kekuasaan , namanya kemudian dipanggil oleh kaum fasis untuk memajukan hal-hal yang dia benci.

BIOGRAFI 

Friedrich Nietzsche (1844–1900) adalah seorang filsuf, penyair, kritikus budaya, dan filolog asal Jerman yang dikenal sebagai salah satu pemikir paling berpengaruh dalam filsafat modern. Ia lahir pada 15 Oktober 1844 di Röcken, Prusia (sekarang Jerman). Setelah kehilangan ayahnya di usia lima tahun, Nietzsche dibesarkan oleh ibunya di Naumburg. Sebagai anak berbakat, ia menerima pendidikan elit di Schulpforta dan kemudian melanjutkan studi filologi di Universitas Bonn dan Leipzig. Pada usia 24 tahun, ia diangkat sebagai profesor filologi klasik di Universitas Basel, menjadikannya salah satu profesor termuda di Eropa pada saat itu. Namun, kesehatan yang rapuh memaksanya untuk pensiun dini pada tahun 1879.

Setelah pensiun, Nietzsche mendedikasikan hidupnya untuk menulis karya-karya yang mengkritik agama, moralitas tradisional, dan filsafat Barat. Beberapa karya terkenalnya meliputi "Also sprach Zarathustra" (Demikianlah Sabda Zarathustra), yang memperkenalkan konsep "Übermensch" (Manusia Unggul) dan "kematian Tuhan," serta "Jenseits von Gut und Böse" (Melampaui Baik dan Jahat), yang mengkritik etika tradisional. Pemikirannya yang mendalam juga terlihat dalam "Zur Genealogie der Moral" (Genealogi Moral) dan "Die Geburt der Tragödie" (Kelahiran Tragedi). Konsep-konsep utamanya seperti "Will to Power" (Kehendak untuk Berkuasa) dan "Übermensch" menekankan pentingnya manusia menciptakan nilai-nilainya sendiri dan melampaui batas moralitas tradisional.

Kesehatan Nietzsche yang terus memburuk memengaruhi kehidupannya, dan pada tahun 1889, ia mengalami gangguan mental parah yang membuatnya hidup di bawah perawatan keluarganya hingga akhir hayat. Nietzsche meninggal pada 25 Agustus 1900 di Weimar. Meskipun kurang diakui pada masanya, pemikiran Nietzsche menjadi sangat berpengaruh di abad ke-20, membentuk dasar pemikiran dalam eksistensialisme, postmodernisme, sastra, dan psikologi. Tokoh-tokoh seperti Jean-Paul Sartre, Sigmund Freud, dan Michel Foucault termasuk di antara banyak pemikir yang terinspirasi oleh karya-karyanya.

 

 

KEBEBASAN MENURUT FRIEDRICH NIETZSCHE

Dalam pemikiran Nietzsche, kebebasan bukanlah konsep yang sederhana atau sesuatu yang sudah dimiliki oleh individu sejak awal, melainkan hasil dari proses panjang yang penuh perjuangan dan kesadaran diri. Kebebasan, menurut Nietzsche, adalah bentuk penerimaan terhadap kenyataan yang ada, di mana individu mengakui keterikatannya pada berbagai faktor eksternal, namun tetap berusaha untuk mengembangkan dirinya dalam kerangka tersebut. Dalam Beyond Good and Evil, Nietzsche menekankan bahwa pandangan umum tentang kebebasan sebagai kehendak bebas adalah keliru. Ia mengkritik konsep kehendak bebas yang menganggap bahwa manusia memiliki kebebasan mutlak tanpa pengaruh apa pun. Sebaliknya, Nietzsche melihat bahwa kebebasan sejati harus dipahami dalam konteks hubungan yang lebih kompleks dengan dunia dan diri sendiri, serta sebagai suatu kemampuan untuk bertindak secara sadar dan mengatasi hambatan yang ada. Bagi Nietzsche, kebebasan adalah proses aktif yang melibatkan pertumbuhan dan perubahan, bukan sekadar keadaan yang ada secara pasif. Ia menegaskan bahwa kebebasan tidak diberikan, tetapi diperoleh melalui usaha dan pemahaman mendalam terhadap diri sendiri. Kebebasan ini juga terkait erat dengan konsep self-determination atau penentuan nasib sendiri, yang mengarah pada pemahaman bahwa individu harus dapat mengatur hidupnya tanpa bergantung pada kekuatan eksternal, baik itu norma sosial, agama, atau tradisi. Nietzsche menolak pandangan metafisik yang menganggap kebebasan sebagai pembebasan total dari segala hal, seperti Tuhan atau masyarakat, dan ia melihat pandangan tersebut sebagai cacat karena mengabaikan kenyataan bahwa kebebasan sebenarnya berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Dalam pandangannya, ego atau "diri" bukanlah entitas yang terpisah dan bebas dari dunia luar, melainkan bagian dari proses yang aktif dan dinamis, yang terus berkembang melalui tindakan dan refleksi. Dalam hal ini, kehendak bebas bukanlah sesuatu yang mendahului tindakan, tetapi suatu konsekuensi yang muncul setelah seseorang bertindak dan menghadapi akibat dari tindakannya. Kebebasan, menurut Nietzsche, juga sangat terkait dengan tanggung jawab; kebebasan tidak dapat dipisahkan dari kemampuan untuk mengatur diri sendiri dan menerima konsekuensi dari pilihan yang dibuat. Oleh karena itu, kebebasan sejati adalah kebebasan yang terus berkembang, yaitu kebebasan yang dicapai melalui tindakan yang sadar, bertanggung jawab, dan berkelanjutan dalam mengatasi hambatan-hambatan yang menghalangi perkembangan individu. Kebebasan bukan sekadar tujuan akhir, tetapi sebuah proses yang terus berlangsung dalam pencapaian potensi diri yang lebih tinggi. Dengan demikian, kebebasan bagi Nietzsche bukan hanya soal melepaskan diri dari keterbatasan luar, melainkan juga tentang mengatasi hambatan internal dan mencapai pertumbuhan serta pembebasan yang lebih mendalam dalam diri individu itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun