Mohon tunggu...
Jingga Rangkat
Jingga Rangkat Mohon Tunggu... -

Aku tetap aku tak peduli siapa Kamu..... \r\n\r\nkeraguanku bukanlah sebuah kebingungan. keraguanku untuk membuka sebuah kemungkinan!!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[FSC] Ruang Hampa

14 Agustus 2011   07:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:48 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sayang… Aku tidak bisa melupakan bagaimana awal kita berjumpa, aku melihatmu duduk dalam  gazebo dihalaman rumah  megah dengan gaun panjang berenda berwarna tosca. Ya.. ya.. aku pecinta tosca saat aku melihat kulit putihmu terbungkus warna tosca aku tertegun menikmati indahmu. Kau tahu saat mataku tak beranjak memandangmu, kau hanya membalas dengan senyum tipis. entah mengapa atau rasaku yang salah mengeja arti senyummu, yang aku rasa senyummu begitu dingin, sorot matamu beku. seperti melihat bohkahan es batu yang sulit mencair. Arun Kurnia nama yang sedikit asing untuk telingaku. Arun berarti Pagi ceritamu saat itu. Karunia Pagi… hmmm… cocok sekali dengan semua keindahan yang kau miliki. Kau perempuan dengan tubuh sintal, berkulit putih dengan rambut panjang yang selalu rapi tergerai. Apa lagi yang kau cari dalam hidupmu?? Semua SEMPURNA tak ada yang kurang, rumah megah dengan gazebo dan taman bunga yang menawan di tepi danau Rangkat yang teduh. Aahhh… hanya orang aneh yang tak menginginkan hidup seperti hidupmu, Perempuan cantik dalam istana.  Sejak perkenalan itu tiap senja mulai beranjak meninggalkan langit, itu saat janji jumpa kita di gazebo milikmu Aku terhenyak saat ku lihat kau mendesis dingin dengan semua pujianku. Sayang… mengapa kau tak bersyukur dengan semua yang kau dapatkan?? Tanya ku saat itu. Kau sentuh tanganku, kau katakan apalah arti semua keindahan yang aku miliki jika hatiku sepi. Kosong! Aku hidup tanpa cinta! Begitu jawabmu dengan suara penuh sayatan luka yang sudah kaku lelah berdarah. Aahhh sayang… Hidup Hans juga tak indah. Jomblo abadi yang selalu gagal bercinta. Cinta pertama Hans si pemi meninggalkan Hans entah kemana, Jingga… uufftt…Hans jatuh bangun mengejarnya bayang-bayang Rizal selalu mengikuti langkah cinta hans, dengan kembang pun selalu ada repotter Rizal yang mengikuti, rasanya hans muak dengan Repotter satu itu. Hans ini hanya hansip Rangkat yang gagal maning-gagal maning. Tapi hans tidak serapuh dirimu, ayolah sayang.. mungkin kau yang menjadi bunga terakhir hans setelah berlalunya sang gladiol. Hans.. aku sudah dengan lelakiku. Jaka wijaya, lelaki yang sudah 9 tahun terakhir menemaniku dengan semua laku nya yang selalu menciptakan luka dalam hari-hariku. Rasanya kalimat itu masih bermain jelas di telingaku. 6 tahun kau hidup dalam pernikahan dengan Jaka tanpa suara tangis dan celoteh anak. Sementara Jaka anak tunggal dari keluarga kaya. Kau dituntut untukmenurunkan Wijaya-wijaya yang baru. Bukan tanpa usaha. Berbagai cara sudah kau tempuh. Dari medis maupun alternative. Secara medis kau perempuan sehat dan sempurna. Hanya kau butuh relax agar benih bisa tumbuh dalam rahimmu. Sayangku… Mengapa kau tak mampu menikmati hidup ini dengan santai??Tanyaku saat itu sambil ku sentuh pundakmu dengan semua getar aneh yg bermain di hatiku. Bukan getaran birahi tapi irama hampa entah mengapa. Mungkin aku salah mengeja rasa. Sekali lagi soal eja mengeja yang aku sudutkan karena aku tak mengerti mengapa dengan rasa ini. Hans… Awalnya memang aku selalu sedih, Jaka bukan laki-laki yang mau mengerti sisi perempuanku, tak pernah aku diberi kesempatan untuk bermanja, bersandar pada bahu kekarnya hanya mimpi disiang bolong, saat bercinta aku hanya boneka pemuasnya, aku bukan manusia! Aku boneka Hans! Hanya boneka! Dia hanya buang hasratnya sejenak setelahnya dia akan lenyap tanpa kecupan sayang. Pagi selalu datang tanpa senyum di bibirnya. Bahkan mungkin sudah 4 tahun sama sekali dia tak pernah sentuh ragaku sebagai perempuan! Bagaimana benih itu tumbuh jika dia tak pernah ditanam??? Aku berpikir dia laki-laki perindu lelaki. Hanya itu yang mungkin. Karena hidupnya hanya bergumul dengan kerja dan amarah. Jika sedikit saja dilihatnya aku kurang, tak segan tangannya melayang ke tubuhku, seandainya bukan tangannya yang mendarat dengan kasar di tubuhku, entah barang apapun bisa dia lempar dengan kuat ke tubuhku. Aku bukan perempuan!! baginya aku hanya alat pemuas emosinya tanpa sentuhan lembut sama sekali!! Aku bertahan hans.. aku bertahan!!Apakah aku bertahan karena cinta?? TIDAK! Bukan cinta yang membuatku bertahan! Aku bertahan hanya demi nama besar keluargaku, belum ada dalam sejarah keturunan keluargaku yang mengenal kata talak. Sayang… mengapa kau tak jujur dengan keluargamu tentang semua deritamu?? Tak ada yang berhak menuntut benih tumbuh di rahimmu jika tanpa penabur… Tidak Hans… akuharus bertahan, kasihan keluargaku jika mereka tahu luka yang aku pendam.3 tahun yang lalu mertuaku memintaku mengikuti program bayi tabung. Aku pikir Jaka tak akan bersedia, sungguh diluar yang aku kira, lelaki ku menyambut permintaan keluarganya. Kau bisa bayangkan bagaimana luka dalam hatiku, aku bukan manusia hans! Aku hanya mesin yang dititipkan benih! Dimana hatinya??? Dimana???? Sekali lagi aku hanya mampu tunduk dan taat. Benih itu tumbuh dalam ragaku, ada kehidupan baru di ragaku.Aku berpikir aku telah memiliki alasan untuk bertahan hidup. Setiap geliat dalam rahimku memberi rasa nyaman dan damai dalam hatiku, aku harus bahagia untuk pangeran kecilku. Sampai saatnya dia lahir, Bintang wijaya itu nama untuk pangeran kecilku. Hidupku mulai berwarna. Tetap tanpa cinta lelakiku tetapi bintang adalah sinar dalam gelap hariku. Sampai saat itu…. Jaka pulang ke rumah dengan perempuan entah siapa… Haaaiiii… dia sentuh lelaki ku dengan mesra, jaka menyeretku dalam kamar, tangan dan kakiku diikatnya pada kursi kayu didalam kamar, aku… aku…Arun karunia… harus menyaksikan lelaki ku bercinta dengan mata telanjang!! Ternyata dia bukan pria perindu lelaki, dia pria sakit!! Pria sakit!! Sayang… Gemetar jari-jari hans menuliskan kembali ceritamu. Setiap katamu adalah luka, setiap tuturmu adalah darah dendam. Hans ingat sayang…malam itu kau buka semua tabir yang selama ini membingungkan hans… tentang eja rasa yang selalu aneh saat hans ada disampingmu. Malam terakhir kau tersiksa dalam pemandangan kejam dengan kaki dan tangan terikat, lelaki mu menghujanimu dengan cacian… Perempuan gila! Tak layak hidup! Kau merangkak jilati ujung kaki ku pun!! Tak sudi aku lempar ujung hasratku padamu! Perempuan rendah!! Kau hanya pantas Mati!! Setelahnya entah berapa pukulan yang mampir ke tubuhmu. Kau lunglai tanpa mampu berlari. Ditengah sakitmu kau tetap harus melihat adegan panas lelakimu dengan perempuan aneh itu. Saling jilat saling jamah LIAR!! Tak tahan dengan semuanya saat semua pengikatmu terlepas kau lari dengan pisau dapur ditanganmu, dan kau rajam tepat di ulu hatimu…. Sayang… saat itu Hans ingin lari sekencang hans mampu.. tapi kaki ini tak mampu beranjak, hans tahu mengapa hans selalu melihat bongkahan kehampaan saat ada di sampingmu, Hans mengerti mengapa sorot matamu kosong saat ku tatap. Karena kau memang arwah penasaran tanpa raga! Sayang… saat ini hans tuliskan surat ini untukmu…

Tenanglah di alam mu sayangku… surat ini, hanya tulisan untuk mengenang kisahku denganmu, aku selipkan dalam gazebo kosong. Yang sudah setahun tak berpenghuni. Danau Rangkat saksi bisu semua ini. Dan aku HANS hansip Rangkat yang tetap gagal !! dimana sebenarnya cintaku???

< Untuk membaca hasil karya para peserta Fiksi Surat Cinta yang lain maka dipersilahkan berkunjung ke akun Cinta Fiksi. dengan judul postingan : Inilah Malam Perhelatan & Hasil Karya Fiksi Surat Cinta [FSC] di Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun