Mohon tunggu...
Jingga Rangkat
Jingga Rangkat Mohon Tunggu... -

Aku tetap aku tak peduli siapa Kamu..... \r\n\r\nkeraguanku bukanlah sebuah kebingungan. keraguanku untuk membuka sebuah kemungkinan!!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kopi, Lelaki senja dan aku

16 Oktober 2012   07:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:47 765
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_211637" align="aligncenter" width="453" caption="Image>> tamildeesan.blogspot.com"][/caption]

Aku… aku harus masuk ke lorong-lorong rasa itu sekali lagi…

Berdarah atau cacat dalam luka abadi, sungguh aku tak peduli! Asal arti TENANG itu boleh ku ciumi lagi…

Tenang…

Kata tenang yang tidak mungkin aku sentuh hanya dengan Diam

Arti Tenang yang tidak mungkin aku raih hanya dengan Lelap…

Saatnya aku duduk di bibir pantai, menikmati suara ombak

Menikmati sapuan angin dikulitku…

Mencoba mengeja apa yang diinginkan hati…

Satu persatu hadirkan kilasan cerita dari bilik-bilik memori

Aaahh… jika ku buka setiap bilik itu yang ada hanya aroma kopi, cengkeh dan asap.

Rasa tentang kamu, ya.. ya… semua tentang kamu…

Penari kata , pemuja kopi yang gumuli asap-asap rokok.

Gustiii….

Dari mula rasa itu mulai mainkan hasratnya..

Jauuuuh entah berapa waktuyang lalu, saat aku hanya pengeja aksaramu yang diam.

Aku sudah katakan JANGAN! JANGAN! JANGAN!

Aku sudah berusaha menata setiap detak waktu tanpa saling sentuh jiwa…

Tapi alam berkata lain, salur-salur cerita membawaku mengeja hatimu..

Mengeja setiap luka yang berusaha kau pendam,

Mengeja setiap kenangan berdarah yang tergambar dalam lantun prosamu.

Pamah setiap kemanjaan yang kau sembunyikan dibalik ketegaranmu…

Ciumi aroma-aroma maskulin dari setiap tuturmu…

Gauli setiap ego yang menjadi kepompong hangatmu…

Pesonamu sungguh membuat hasratku terbakar..

Terbakar tanpa bentuk…

Aku harus akhiri sebelum hatiku berubah hitam jadi arang..

*************

Hitam, pekat, pahit, manis tercampur dalam satu komposisi yang sempurna. Itulah pantulan rasa di setiap imajiku tentang kamu.

Sepertiketika ku nikmati hangatnya kopi di waktu senja...aroma wanginya begitu menggoda.

Yahh begitulah dirimu... Harum mu telanjangi sukmaku, butakan logikaku.

Tentang Cinta??? Arghhh... Tak sewangi apa yang digaungkan para pujangga!!.

Tak semudah apa indraku kecap...

Cinta... Begitu sulit aku eja! Bayangannya terlalu hitam bagiku.

Teka teki keinginan jiwa yang terlalu sulit aku pecahkan bahkan sampai otakku berdarah! .

KAMU!! aku mengenalmu dengan cara yang sangat sederhana. Sesederhana bergantinya siang dan malam.

Cinta yang kau jajakan lewat bait-bait aksaramu, kulumat dengan deru nafasku yang membuncah.

Berharap nafas kita saling menyatu dalam lantunan cinta suci.

Hahaha… entah kata suci dari mana yang nantinya aku dapatkan, sedang semua aku mulai dengan imjinasi kotor!

Ahh sayang,

Ku sebut dirimu lelaki senja.

Karena Senja begitu indah dinikmati, di balik senja, ada aku yang selalu merasa tenang setiap dititik waktu itu,

menikmati gradasi warna pekat dan jingga hangat, hmmmm… mempesona!

Tapi ternyata Ketenangan yang kuharapkan tak kutemui dalam jiwamu…

Kau seperti kopi dalam teko panas! Tak pernah diam! Tarikan gejolak setiap saat! Hasrat dan tuntutan ego semua berkejaran ! kau terlalu melelahkan!

Dan aku pengecut…

Terlalu takut jatuh cinta!

Setiap luka yang tertinggal dari jejak-jejak kemarin masih memerah.

Bagaimana kalau aku gagal dan kembali terperosok dalam luka bernanah??

Aku pernah nyaris mati disana, TIDAK! Aku masih terlalu menggigil saat jejakkan langkah pada rasa yang sama.

Aku perempuan pemberontak rasa,

Aku bangun dinding tertinggi untuk menutup semua rasa beraroma CINTA.

Aku bisa cabik jiwamu jika bertahan disampingmu.

Aahhh… jiwa maskulinmu terlalu indah untuk terburai berdarah!

Pergi… menjauhlah lelaki senja….

Menatap punggungmu menjauh adalah nikmat yang perih untukku…

Nikmat… karena aku tenang, aku tak akan torehkan luka dijiwamu…

Perih karena bentuk ingin yang harus aku sangkali….

Ijinkan aku mencintaimu dalam diam.

Mengagumi setiap aksaramu dengan tenang…

Menikmati ragamu hanya dengan imajiku…

Merangkai setiap rasa tentangmu menjadi jiwa dalam bait aksaraku….

Seperti penggalan kisah yang pernah terlewat sebelumnya…

Yang membawaku kembali duduk di bibir pantai, melarung rasa sekali lagi…

Saatnya bernapas panjang sekali lagi….

Sungguh,

Mengenalmu adalah kehendak alam yang harus aku terima,

Menjadi temanmu adalah pilihan yang tak pernah aku sesali….

Jika kemudian aku Jatuh cinta, maafkan aku, semua diluar kontrolku..

Melepas punggungmu menjauh adalah wujud sayangku yang sesungguhnya…

Cinta hanya untuk Cinta….

1350362485112603480
1350362485112603480

Kolaborasi : Jingga- Acik Rangkat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun