Mohon tunggu...
Jingga Rangkat
Jingga Rangkat Mohon Tunggu... -

Aku tetap aku tak peduli siapa Kamu..... \r\n\r\nkeraguanku bukanlah sebuah kebingungan. keraguanku untuk membuka sebuah kemungkinan!!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Galau Vs Dorma (ECR-2#22)

30 Maret 2011   17:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:16 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dorma Situmorang! Aku tak pernah tahu ada misteri apa di balik nama itu, tiap kali aku ingat nama itu mendadak perutku terasa Kram, melilit, hidungku mengendus-endus, semua jaringan panca indraku terarah pada satu titik! LAPAR!!! ada misteri apa dibalik nama itu??

ufffftt.... cepat sekali gadis centil ini melebarkan sayapnya, kepaknya lincah menari diantara embun pagi hari, suaranya juga tak pernah berhenti bergema di tengah malam buta, sosok gadis lucu dengan kue donat selalu di tangannnya. entah sudah berapa minggu dia selalu menjadi sumpalan pekat sedikit kental dijaringan otakku. bukan! bukan karena donat yang selalu dia bawa ke mana-mana. bukan juga karena tawanya yg menggema biarpun tengah malam buta. tapi... Hans! semua karena Hans! sungguh ada apa dengan gadis ini... mendadak dia rela menggantung malamnya di pos Ronda, mendadak dia rela lepaskan pita merah dirambutnya hanya demi topi hansip. cinta?? apa cinta yg dia katakan seperti bintang itu yg menghantar dia selalu hinggap di pos Ronda??

dengan siapa?? Hans??? aaahhh....  terasa nyeri hati ini! tiap malam aku hanya berselimut galau menunggu hans duduk di istana hatiku, tapi aku malu, jangankan duduk bercanda di pos ronda, melihat kelebatnya dalam bayangku saja aku sudah bergetar, tapi bagaimana mungkin??? bagaimana mungkin...  seorang gadis yang masih bau kencur seperti Dorma Situmorang mampu gagah duduk manja disamping hans! aku kalah! aku harus kalah dengan gadis kecil ku... ah!!

Untuk mu Hans, semoga kau bisa membaca titik-titik galauku...

aku tahu kau mulai menjauh…

kau jadi beku dalam diam mu…

tak pernah lagi kau sentuh ujung

rinduku…

kau pergi….

hanya aroma mu yg tersisa….

mendekap erat galau yg kurasa

aku hanya bisa menatap punggungmu

beranjak menjauh

sebenarnya hatiku tak ingin kan ini….

ada guratan perih… cukup menusuk….

Pangeran kuda putih ku….

kau sempat bebat luka ku…

lukayg membuat ku

nyaris kaku tak bisa bergerak…

kau laut ku… saat aku ingin

mendengar suara ombak…

kau sang imaji ku yg nakal….

kita sering  menjadi pecinta

yang tenggelam dalam gairah panas

menghamburkan peluh dan desahan…

antara terbang tinggi…. dan menyelam

di laut yang dalam…

antara rasa sakit dan kenikmatan

antara rasa jijik dan ketagihan

tak mau berhenti sampai titik nol….

kau sang imaji yang selalu minta

dipuaskan

kau juga yg basahi kerontangnya

jiwa…

sekarang saat nya kau pergi…. cukup

nyeri buat ku..

walau aku tau ini dari awal…

saat ku peluk kau dalam hayal ku…

aku harus siap melepas pelukan ku suatu saat nanti…

ku pikir tidak secepat ini….

tapi biarlah ku simpan rasa ini…

menjadi kunang-kunang kecil disudut

hati ku

karena kau hanya kekasih ku di alam

maya

yang memang tak akan pernah nyata...

=======0000000=======

DESA RANGKAT menawarkan kesederhanaan cinta untuk anda, datang, bergabung dan berinteraksilah bersama kami (Klik logo kami)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun