- Judul Buku              : Hidup Yang Lebih Berarti
- Penulis                 : 20 Blogger Kompasiana
- Penerbit                : PT. Elex Media Komputindo
- Tebal                   : X + 190 halaman
- ISBN Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â : 978-602-02-7978-7
- Harga                   : Rp. 50.000,-
Beberapa waktu lalu ada seorang teman yang bertanya pada saya. Bagaimana caranya memberdayakan orang yang sudah pensiun. Adapun maksud dari pertanyaan teman saya ini yaitu ia ingin agar orang tuanya—bapaknya mempunyai kegiatan setelah pensiun. Apalagi usia bapak teman saya  belum menginjak 60 tahun, jadi secara fisik masih bisa dikatakan sehat. Artinya teman saya itu menginginkan sebuah kehidupan yang lebih berarti bagi orang tuanya kelak di masa tua.
Pertanyaan teman saya itu ternyata mengusik isi kepala saya. Benar juga ya, sebaiknya harus ada yang dipersiapkan saat suami saya nanti memasuki masa pensiun. Bukankah jika sudah pensiun gaji akan berkurang sementara kebutuhan terus bertambah. Memang sih, masa pensiun suami masih lama tapi akankah lebih baik jika hal itu dipersiapkan dari sekarang. Minimal tentang usaha apa yang akan dijalankan nanti, tentunya sambil berdiskusi dengan suami. Toh hidup yang lebih berarti  bukan hanya tentang materi semata, tapi lebih dari itu. Lebih pastinya lagi semua orang bisa membuat hidupnya lebih berarti, sekarang ataupun nanti.
Sebenarnya di era digital saat ini, tidak sulit mencari informasi tentang pemberdayaan bagi usia pensiun—baca usia lanjut. Apalagi PT. Elex Media Komputindo juga sudah menerbitkan buku tentang Dayakan Indonesia.
Bagi mereka yang sebentar lagi  memasuki masa pensiun atau sudah berusia tua, tapi bingung mau  berbuat apa bisa loh membaca buku ini. Buku ini juga bisa dibaca oleh para anak yang sayang pada orang tuannya. Bukan itu saja, saya merekomendasikan buku ini buat siapa saja yang peduli akan diri dan lingkungannya.
Jangan takut tentang gaya bahasa dalam buku ini, tulisan berjama’ah  20 blogger Kompasiana sangat mudah dimengerti. Alur ceritanya mengalir, runut mulai dari awal usaha, kendala-kendalanya sampai mencapai kesuksesan. Seperti yang ditulis oleh Pepih Nugraha—COO Kompasiana dalam sebuah pengantar, ide dan kreatifitas itu tidak jauh dan berlimpah.Â
Yang mahal adalah kemauan menggalinya. Faktor budaya, kebiasaan dan tren ke depan menghasilkan produk-produk turunan baru. Kopi  akan tetap menjadi kopi yang harganya sangat ditentukan pasar jika dijual hanya sebagai butiran kopi yang sudah disangari tok.
Di tangan creator dan innovator, kopi akan menjadi bernilai ketika diolah menjadi cappuccino, frappucino, irish coffee, donat kopi atau kopi fermentasi.
Meskipun ke 20 blogger Kompasiana ini mempunyai penyampaian yang berbeda, namun isinya tetap tidak membosankan. Membaca satu kisah ke kisah selanjutnya menjadi begitu menyenangkan dan penuh semangat. Hasil wawancara dari narasumber dirangkai menjadi tulisan apik dan menginspirasi pembaca.
Berani melangkah. Itu kuncinya. Dengan berani mengambil tindakan muncul keberanian menghitung dan menaklukkan risiko. Dalam bisnis, risiko berarti potensi keuntungan, tetapi tidak melangkah berarti tidak menghasilkan apa-apa. Keputusan Hanggono melanjutkan usaha getuk kala orang sekelilingnya mulai cemas dan putus asa membawa tidak hanya dirinya, tetapi juga banyak orang, melalui masa-masa sulit dan menemui kebahagiaan baru dari jerih payah ekonomi yang berproses, tumbuh dan maju dan memperbaiki kualitas hidup banyak orang. ( Halaman 12 )
Meskipun ada sedikit kesalahan tata letak ( halaman 7 paragraf ke 2 ) namun tidak mengurangi kisah inspiratif dalam buku ini. Seperti kisah Milda Fitriawati ( 40 tahun ), seorang ibu rumah tangga dengan ijazah Paket C mampu membuktikan bahwa dirinya juga bisa berbuat banyak dan memberikan manfaat untuk masyarakat di sekitarnya. ( Halaman 16 )