Langit masih jauh dari senja..........meski lapangan rumput itu sudah nampak agak gelap.namun keempat anak itu masih asyik bermain -main. Masing -masing dengan kesibukannya .Wanda asyik melompat lompat di semak semak.....sambil berteriak teriak : " tidur..! ..tidur ..! " , rupanya dia kelewat asyik melompat dari semak putri tidur yang satu ke semak yang lain. Sementara Kemuning masih asyik dengan buah dari tanaman "pletikan" yang meletup-letup ketika dimasukkan kedalam air. Dan Lembayung yang sangat menyukai langit senja , lebih senang berbaring diatas rerumputan sambil menunggu langit menampak kemerahan saat senja mulai datang. Fika lebih suka berburu capung yang banyak hinggap diatas "blumbang " yang berada ditepi padang rumput itu. Dihalaunya capung-capung itu berharap hinggap di pohon-pohon bakung yang banyak tumbuh disekitar blumbang. Dan Fika akan berteriak kegirangan kala mampu ditangkapnya capung- capung dengan sayap warna-warni itu. Mereka berempat telah bersahabat bahkan sejak dari gendongan ibunya . Rumah mereka yang nyaris berdekatan membuat mereka seperti saudara .Sekolah bersama.Bermain bersama. Usia merekapun hampir sama . Mereka masih duduk dikelas 4 dan 5 SD. Seperti biasa hari minggu selalu mereka habiskan dengan bermain bersama. Sore itu mereka memutuskan untuk bermain disebuah padang rumput yang jaraknya cukup jauh dari rumah mereka.Mereka menyebutnya demikian. Karena dalam pandangan mereka lapangan rumput yang tak begitu luas itu adalah sebuah padang rumput. Sebuah tempat yang berada di dekat sebuah bangunan tua bekas penggergajian kayu yang tak lagi digunakan.Cukup jauh dari rumah mereka , bahkan dari perkampungan penduduk , namun itu tak membuat mereka takut. Sore itu mereka putuskan untuk bermain sendiri-sendiri . Dan merekapun tenggelam dalam keasyikannya masing-masing sampai terdengar teriakan wanda. " Leontinku....! " Seperti dihentakkan kekagetan yang sama , merekapun serentak menghentikan keasyikannya masing-masing .Berlari pada satu titik yang sama. Terlihat Wanda pucat pasi sambil memegang lehernya. Matanya mulai berkaca-kaca. " Kenapa dengan leontinmu Wanda?.." Lembayung, Kemuning dan Fika nyaris serentak mengajukan pertanyaan yang sama . " Leontinku.....hilang.... " lirih, terbata-bata dan nyaris menangis Wanda menjawab. Senyap. Mereka berempat seperti tersihir.Terdiam . " Tenanglah dulu Wanda....kita cari bersama-sama " Lembayung mencoba menenangkan Wanda yang makin pucat .Terbayang bagaimana nanti ibunya akan marah. Leontin itu adalah hadiah atas prestasi ranking pertamanya kenaikan kelas kemarin. Sebuah hadiah mahal untuk anak seusia dia. Nyaris berkali kali mereka mencari kesemak-semak dimana Wanda bermain . Namun tak juga mereka temukan leontin itu.Langit mulai memerah.Sebentar lagi Malam menjelang.Mestinya leontin itu akan nampak bersinar dalam reman-remang cahaya senja.Tapi tak nampak tanda-tanda keberadaan leontin itu. Merekapun nyaris putus asa. Tapi rasa kesetia kawanan yang kental telah membuat mereka memikirkan cara menemukan leontin itu. " ehm..bagaimana kalau kita minta tolong pada setan gundul .." meski ragu Kemuning mencoba mengusulkan ide aneh yang tiba tiba berkelebat dalam benaknya. Setan gundul ..sebuah cerita yang sering didengarnya dari para orang tua. Setan yang berbentuk kepala yang menggelinding sambil menampakkan giginya, hingga acapkali disebut juga gundul pecengis. Sosok setan yang digunakan untuk menakuti anak-anak agar tak bermain keluar rumah selepas magrib.Tapi juga dipercaya dapat membantu menemukan barang-barang yang hilang. Rasa iba melihat Wanda yang mulai terisak membuat mereka akhirnya memutuskan menerima ide aneh Kemuning.Merekapun duduk melingkar ditengah lapangan rumput yang mulai remang-remang.sambil memejamkan mata , merekapun berbisik bersama-sama mengucapkan mantra : " setan gundul temokno........setan gundul temokno...setan gundul temokno.......setan gundul temokno..........' makin lama suara mereka semakin melemah , rasa lelah dan takut mulai mendera , tapi mereka tak juga menyerah sampai akhirnya terdengar suara wanda yang tertahan : " Leontinku........ ." . Serentak merekapun membuka mata. Setengah tak percaya mereka melihat leontin Wanda tergeletak ditengah mereka.Bercahaya dalam siraman langit senja yang mulai mengelam. Gemetar Wanda memungut leontinnya. Dan tanpa dikomando ,mereka berempat berdiri dan berlari meninggalkan lapangan rumput itu. Langit makin mengelam, nampak kerlip lampu dari rumah rumah penduduk mulai menyala. keempat anak itu terus berlari menuju rumah mereka. Mantra itu seperti gaung yang mengikuti langkah mereka... .........setan gundul temokno......setan gundul temokno....setan gundul temokno.................. Semarang17012012 "catatan kenangan masa kecil "
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H