Mohon tunggu...
Sisisudut.co
Sisisudut.co Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pencarian Pencerahan Pembebasan

Tetaplah terbit walau yang kita sinari tangine kawanen🌥️

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Piala Dunia sebagai Ajang Bursa Kebudayaan

3 Desember 2022   20:16 Diperbarui: 3 Desember 2022   20:45 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Qatar sebagai tuan rumah Pagelaran piala dunia 2022 dengan barbagai macam pemberitaan miring di awal ternyata semakin hari semakin menunjukan sisi baiknya. Perhelatan piala dunia tidak hanya menjadi ajang pesta si kulit bundar. Melainkan banyak kejadian unik yang terjadi didalamnya. Salah satunya, moment piala dunia ini dijadikan sebagai ajang menunjukkan eksistensi kebudayaan oleh setiap suporter yang datang menontonya.

Antusiasme para suporter bola yang datang langsung mendukung tim kebanggaanya menjadi unsur penting dalam kemriahan pagelaran piala dunia. Saya rasa tidak hanya pada momentpiala dunia saja, namun pada pagelaran pertandingan sepakbola rutin lainya. Contoh saja,  dua tahun belakangan ini pagelaran sepakbola tidak boleh dihadiri oleh suporter yang memberi kesan kepuasan yang kurang bagi para pemain ataupun suporter itu sendiri.

Tidak ada nyanyian dan teriakan semangat secara langsung oleh para suporter. Bahkan caci makian pun tidak terdengar bagi tim yang gagal membawa kemenangan. Tentu, tidak ada maskot yang tanpa lelah memandu nyanyian dan gerakan para suporter di lapangan. Hal ini sangat memberikan dampak yang besar bagi para pemain sepak bola kala itu.

Namun pagelaran piala dunia kali ini telah kembali seperti semula, suporter boleh datang secara langsung untuk melihat dan memberikan semangat kepada tim kebanggaanya. Dalam segenap kemeriahan serta kegemerlapan pagelaran piala dunia 2022 ini ada momen yang bagi saya pribadi sangatlah menarik. 

Yakni bursa kebudayaan. Para suporter mengekspresikan kecintaan dengan berbagai macam cara, namun yang tidak pernah dilupakan adalah membawa ciri khas kebudayaan yang dimiliki oleh tiap-tiap negara. Contoh saja para suporter jepang yang memakai kostum ala-ala pemain sumo, atau suporter dari belahan bumi afrika tidak melupakan kostum ala-ala masyarakat pedalaman.

Ekspresi kecintaan terhadap sepak bola juga membawa dampak besar bagi kebudayaan yang dimiliki oleh tiap-tiap negara yang menjadi peserta piala dunia. Dilain sisi pengenalan kebudayaan ini menjadi langkah pelestarian kebudayan yang dilakukan oleh para suporter. Selain itu, bursa kebudayaan ini juga menjadi ajang promosi kebudayaan bagi negaranya. Sehingga rasa penasaran masyarakat dunia menjadi  semakin tinggi untuk mengetahui bahkan mendatangi suatu negara.

Bayangkan saja, apabila negara tercinta kita ini ikut bertanding dalam pagelaran piala dunia. Setiap suporter memakai baju adat masing-masing, atau mengenakan penutup kepala sesuai daerahnya. lelaki jawa mengunakan blangkon, wanita minang mengunakan tingkuluak, dan masyarakat dari timur memakai pakaian dari rumbai.

Saya yakin, masyarakat dunia akan semakin penasaran dengan Indonesia, lebih-lebih dapat hadir langsung untuk membeli blangkon di malioboro, atau mencoba memakai pakaian adat rumbai di wilayah paling timur indonesia itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun