Mohon tunggu...
cinkmane broto
cinkmane broto Mohon Tunggu... -

Saya kompasianer yang suka akan kebenaran....

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Berbagi Cerita tentang Malaysia dari Ex-TKI

3 September 2010   04:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:29 3503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya tulisanini sebagian telah saya jadikan komen pada tulisan mbak Wening Gemi Astiti

Saya sekedar ingin share tentang pengalaman saya sebagai TKI Malaysia dan pendapat2 saya tentang kasus2 yang melibatkan antara negara kita dengan Malaysia. Untuk memberikan sedikit gambaran kepada pembaca semua tentang negara tersebut. Saya memang terpaksa nulis ini, karena dorongan keprihatinan begitu tinggi akibat apa yang terjadi akhir2 ini. Karena masalah TKI, sering juga dijadikan alat2/senjata propaganda para PROVOKATOR untuk “menjatuhkan” Malaysia. Setiap kali permasalahan dengan negara tersebut muncul. Entah itu pencurian budaya, perbatasan, pencaplokan pulau dan penangkapan pejabat kementerian kelautan kita akhir2 ini. Dengan otomatis, mereka juga akan mengangkat kasus2 TKI sebagai penguat “bumbu2 sensasi”dari masalah tersebut.

[caption id="attachment_248181" align="alignleft" width="300" caption="Ilustrasi-TKI/Admin (shutterstock)"][/caption]

Jujur saya pernah jadi TKI selama 6 tahun. Pahit manis telah saya telan ketika bekerja disana. Awal pertama datang kesana, saya memang punya ego yang besar dan ingin menunjukkan aku lebih hebat dari orang2 lokal (Malaysia). Tapi, lama2 saya mendapat pelajaran berharga. Bahwa sikap ramah tamah dan sopan santun yang mereka tawarkan pada saya dan kawan2 membuat kami luluh.

Para TKI seperti saya pada umumnya sangat nasionalis. Orang Indonesia memang terkenal nasionalisnya tinggi. Tapi, kalau nasionalis yang saya amati dan apa yang menghinggapi saya, ternyata adalah semu belaka. Ketika kita hanya berbangga-bangga dengan negara kita, nasionalis itu AKU banget. Sekedar bangga dan marah jika ada orang dari luar sesekali berbuat salah kepada kita. Tapi, akhirnya saya sadar...Nasionalis itu apa yang harus kita berbuat untuk negara dengan arif dan bijaksana, lebih bijak menggunakan otak pikiran daripada emosi. Apa yang mesti kita perbuat untuk pembangunan negara kita menuju yang lebih baik.

Malaysia adalah negara yang menurut saya adalah negara Internasional. Anda bisa menemui orang2 dari berbagai penjuru dunia. Jadi, mereka sudah terbiasa dan kenal dengan watak2 dari pelbagai negara karena bukan saja mereka lihat orang2 asing dinegaranya, tapi mereka juga berkawan baik. Maka dari itu Malaysia adalah termasuk tempat favorite dari berbagai penjuru dunia. Karena, seakan-akan mereka diperlakukan sama dengan dengan warga negaranya sendiri.

Sebaliknya dengan kita, kita sehari-hari hanya sibuk dan berkenalan hanya dengan orang2 sekitar kita sesama Indonesia, bergaul dan berkawan hanya dengan sesama kita. Meski sebagian ada yang berteman dengan orang asing, tapi sangat2 sedikit sekali. Tidak ada yang salah dalam hal ini. Hanya, perbedaan inilah yang membuat cara pandang, sikap dan tabiat dalam berperilaku kita terhadap orang asing(luar) berbeda dengan orang2 Malaysia. Jadi, perbedaan Indonesia dengan Malaysia adalah...Kalau Malaysia negara yang orangnya lebih paham atas tabiat2 orang asing, sedangkan Indonesia bisa dikatakan hampir 99% buta terhadap tabiat2 orang asing, karena kebanyakan dari kita tidak bergaul sama sekali dengan orang2 dari berbagai penjuru dunia.

Mereka berbaur dengan orang2 Internasional selain para pekerja, juga para pelajar asing yang belajar disana. Jadi, inilah yang membentuk pola pikir mereka berbeda dari kita. Hingga, generasi muda mereka yang telah terbiasa berkawan dengan orang2 luar tersebut, menjadi modal penting jika kelak mereka menjadi pemimpin2 di negara mereka. Jelas, mereka punya lebih “PD” terhadap pergaulan internasional. Mereka jadi lebih memahami apa yang terbaik untuk dilakukan jika ada sesuatu persoalan dengan orang luar.

Kenapa kita cepat reaktif terhadap orang lain ketika kita bersenggolan sedikit saja dengannya? Karena jelas kita tidak mengenalnya. Ibarat ditatap orang sedikit saja, kita kira dia menantang kita atau memelototi kita…lagi2 karena kita tidak mengenalnya. Jelasnya lagi ketidak kenalan kita terhadap orang lain, jika ada sesuatu terjadi akan berbeda pula cara menanggapi dan menangani permasalahan dibandingkita sudah mengenalnya. Hingga yang timbul tidaklah sekedar syak wasangka belaka. Curiga, curiga, dan curiga melulu…Kalau begini terus gak akan maju. Orang lain harusnya kita jadikan mitra, bukan musuh. Ibarat pepatah “mufakat membawa berkat, bersekutu membawa mutu”.

Jadi, penduduk Malaysia lebih punya rasa Internasionalis daripada kita. Sedangkan kita, lebih terkungkung/terkurung dalam sikap primordialkita. Jadi yang ada adalah, kita merasa lebih baik, lebih benar, dan sebagainnya dari orang asing tanpa mengetahui atau mengenal sama sekali orang lain tersebut. Begitukah sikap yang benar bagi sebutan NASIONALISME? Jangankan dengan negara lain, antar RT saja bisa tawuran, antar sekolah, bahkan antar Universitas(sebenarnya ini paling memalukan di dunia-sebagai orang yang paling berpendidikan bisa berbuata konyol), antar suku dan lain2. Dan, ini jarang terjadi di negara lain....kecuali pada negara yang masih punya peradaban yang rendah.

Dalam permasalahan dengan Malaysia, kenapa kita masyarakat luas bisa terpancing emosi. Kenapa kalau yang TIDAK EMOSI dikatakan tidak nasionalis?Saya mau tanya pada orang2 yang emosi, seberapa banyak anda mengetahui, mengerti sampai mengenal mereka??Jawabanya adalah...BUTA....

Anda hanya tau info tentang Malaysia hanya sebatas dari Media2 lokal kita. Anda tau Media2 kita tersebut? sebagian mereka adalah awak jurnalisme yang mencari penghasilan dengan cara yang mudah, mengangkat tema2 yang mengundang sensai, aji mumpung(copy paste ajalah dari pada susah payah cari sendiri), keakuratannya sangat rendah, tidak pandai membawa pembaca/masyarakat kearah yang lebih baik alias kurang mendidik, dan yang jelas Media kita adalah salah satu MESIN PROVOKATOR terbaik didunia bagi masyarakat Indonesia.

Ini tak heran, kenapa jika kita mendengar sebuah perkataan saja "Malaysia". Banyak yang langsung berpikiran negatif. Tanya kenapa? karena kita telah di "cuci otak" oleh media2 kita. Contoh: Kasus TKI, Perebutan Pulau, dll...

Mari kita telaah baik2...

Sebagai pengalaman saya sebagai TKI yang cukup lama, saya sendiri sempat tidak betah di Malaysia. Bukan karena saya disiksa atau tidak dihargai, atau diperlakukan semena-mena. Bahkan, saya dan teman2 yang jumlahnya ratusan tersebut merasa puas dengan perlakuan Negara Malaysia dan warga negaranya karena diperlakukan adil dan tidak dibeda-bedakan. Yang membuat tidak kerasan justru karena ulah sebagian TKI disana yang tidak bisa membawa nama baik bagi bangsa dan negara kita tercinta, dengan perbuatan2 yang rendah.

Ketika media2 kita asyik dengan provokasinya2, waktu disana...saya berinisiatif untuk tanya kepada orang2 Indonesia yang jadi TKI disana. Mulai dari teman2 saya sampai TKI yang saya jumpai dijalan.

Pertanyaannya adalah, "Bagaimana anda bekerja disini?" "Apakah Malaysia tidak adil kepada anda?" "Kerasan atau tidak? Apakah orang2 Malaysia melecehkan Anda sepertimana media2 kita mengabarkan?” dsb...Coba apa yang saya dapatkan jawabanya dari mereka? Ternyata semua yang saya temui waktu itu merasa puas terhadap perlakuan "Malaysia". Bahkan, sebagian dari para TKI tersebut berani berkata "Saya diperlakukan lebih adil disini(Malaysia), daripada dinegerinya sendiri".Dan dimana pelecehan2 seperti diberita media2 kita? Kenapa saya tidak menemui dari sesuatu, yang berarti mereka menghina dan melecehkan para TKI. Kalaupun ada, itu kembali pada diri pribadi TKI disana bagaimana membawa diri. Jika kita berbuat kehianaan, tentu dengan sendirinya statusnya akan mengatakan hal tersebut tanpa orang menghina pun.

Lalu pertanyaannya adalah, Kenapa diMalaysia terjadi begitu banyak kasus2 para TKI? mulai dari penyiksaan, sampai kasus hukuman mati. Saya, jujur sebagai mantan TKI yang pernah kerja disana, juga turut bersedih jika ada siksaan dsb...Tapi, anda perlu tau. Itu tidak mencerminkan seluruh TKI diperlakukan kejam. TKI yang disiksa hanyalah gak ada seujung kuku dari jumlah keseluruhan TKI disana. Kejahatan bisa terjadi dimana-mana...Bahkan saya sering lihat di media2 kita yang mengabarkan pembantu disiram air panas, dipukul, sampai dibunuh di dalam negeri sendiri oleh media2 kita. Lihat saja tv2 kita pada saat menayangkan berita kriminal.

So, Hampir semua TKI yang saya temui merasa hepy disana. Maka tak heran banyak yang sudah pulang kampung memutuskan untuk pergi kesana lagi. Bahkan, dengan cara ilegal sekalipun. Meski mereka tau kalau ilegal jika tertangkap hukumannya berat. Jika yang datang ke sana dengan cara ilegal atau istilah Malaysiannya “Pendatang Haram”.

Lalu jika ketangkap dan dihukum cambuk, kenapa pula pemerintah Malaysia yang disalahkan?? Bukankah setiap kekuasaan punya hukum sendiri2? Ibarat rumah punya aturan sendiri2, tamu harus datang dengan cara sopan dan baik2 dan harus menghormati dan mengikuti aturan tuan rumah. Bukan asal nylonong, seenaknya sendiri atau menganggap rumahnya sendiri. Kalau begitu, kenapa mesti tuan rumah yang disalahkan jika tamu yang tak diundang datang semaunya sendiri. Jelas tuan rumah akan bertindak, entah mengusirnya atau menangkapnya karena dianggap maling. Yang saya heran, pemerintah seperti membiarkan masalah ini berlarut-larut. Kenapa, tidak ada sosialisasi sama sekali kepada masyarakat kita untuk tidak masuk kenegara orang secara ilegal. Setidaknya buatlah iklan di Tv2 dan didik masyarakat agar jangan masuk ke negara orang dengan cara illegal

Dalam memberitakan masalah TKI, media kita pun tidak fair. Ini saya maklumi, karena awak media kita memang kurang mengenal mereka. Jadi, pemberitaan lebih membenarkan sepihak, yaitu pada kita sendiri tanpa perlu mengetaui pokok permasalahannya. Ibarat karena nila setitik rusak susu sebelanga. Karena kejahatan satu dua orang kita menghakimi seluruh rakyat Malaysia jahat. Jadi, banyak orang Malaysia yang gak ngerti2 kenapa mereka dimusuhi. Oke, saya tanya pada diri dan anda semua, Pernahkah kita diajari "Comparison/perbandingan" pada pelajaran matematika disekolah. So, berapa banyak orang TKI yang bekerja disana baik legal maupun ilegal? jawabanya adalah jutaan....anda akan mudah menemui orang indonesia disana, semudah anda menemui orang lokal(Malaysia). Dan, bandingkan dengan orang yang disiksa disana...Maka, orang yang mengatakan "Malaysia Kejam" terhadap TKI...saya harap anda buka lagi deh buku pelajaran matematikannya SD.

Lagi, kenapa disana banyak TKI yang kena kasus, mulai dari ilegal, sampai kriminalitas. Jawabanya adalah, kembali pada TKI tersebut. Saya amati, banyak orang yang jadi TKI disana terlalu enjoy dan bebas laksana negara sendiri. Mereka melakukan sesuatu adat2 yang biasa dikampung lantas diterapkan disana meski adat2 tersebut tidak sesuai dengan lingkungan penduduk lokal disana. Seperti hura2 dengan minum2an keras, berjoget2 di asrama dengan musik secara keras hingga bising, nongkrong2 dipinggir jalan, mengganggu orang lewat, bahkan sampai tawuran antar sesama TKI... dan tak sedikit perbuatan2 ekstrem lainnya. Mungkin merasa jauh dari pantauan orang2 terdekat atau family jadi mereka bisa seenaknya saja.

Ini realita, saya menemui sendiri dan melihat dengan mata kepala sendiri. Begitu mudahnya masuk Malaysia, hingga bisa sembarang orang bisa kesana dan bekerja. Saya jadi kurang nyaman dengan realita seperti ini waktu itu. Saya malu, campur dongkol dan marah. Kenapa, para TKI tidak bisa menjaga nama baik negara sendiri di tempat orang???inilah yang membuat saya tidak kerasan tinggal disana. Kemudian, saya coba membanding-bandingkan orang Indonesia disana dengan orang2 Malaysia.

Kenapa, bentuk fisik rupa yang mirip tapi kesan berbeda. Mereka lebih polite, sementara kebanyakan orang Indonesia/TKI(tidak semua) lebih norak. Seperti ada perbedaan kelas disini...saya pikir cukup panjang jika masalah ini dibahas. Media kita sering memberitakan keburukan orang Malaysia dengan penyiksaan2. Tapi, taukah media kita bagaimana sikap sebagian orang2 Indonesia disana?

Orang Indonesia mencuri atau merampok,menjambret, menodong, memperkosa,melacur, membuat suasana kumuh,sampai membunuh , dsb…seperti pemberitaan hal yang biasa disana. Dan, pada pengalaman saya sendiri, berapa banyak asrama saya kemalingan…Lagi2 dilakukan oleh orang Indonesia, tawur(kalo tdk tawur tidak friend , kalau tidak tawur tidak punya rasa solidaritas) hingga harus dibubarkan dan dikejar-kejar PDRM dan sebagian yang ketangkap masuk bui. Akhirnya yang repot “majikan” juga, mesti bayar denda untuk mengeluarkannya. Dan masalah2 sepele lainnya.

Tidakkah ini bisa dijadikan cerminan? Lalu kenapa pula kita merasa heran dengan pemberitaan banyaknya kasus WNI yang ditangkap bahkan sampai divonis Mati? Bukankah yang datang ke Malaysia itu jutaan, dan mereka masuk tanpa seleksi (siapa yang mau menyeleksi niat sesorang itu mau berbuat baik atau jahat). Bahkan, yang ilegal gak kehitung jumlahnya. Kenapa kita mempermasalahkan masalah hukum di negara orang jika orang kita memang melakukan kesalahan. Lagi2 ego kita ingin menutupi keburukan pada diri sendiri. Ini jelas tidak akan membantu kita, dan tidak akan membuat kita menjadi lebih baik dan terhormat.

Dan juga masalah2 lain…Kalau media kita masih bersikap seperti sekarang ini dengan provokasi2 dan sebagainya terhadap negara2 jiran kita. Kemudian kita terpancing hingga menghabiskan banyak energi karena kita fokuskan pada masalah sepele, yang sebenarnya bisa dinalar dan selesai dengan cepat. Tapi, menjadi berlarut-larut menjadi tak menentu. Lalu kapan lagi kita akan berpikir untuk membangun negeri ini menjadi lebih maju lagi? Tahukah anda, diluar sana sudah pesat perkembangannya, sementara kita jalan ditempat. Seperti waktu terhenti dinegara kita.

Dan masalah penangkapan oleh Malaysia yang memicu provokasi media kita akhir2 ini, bisakah kita berpikir peristiwa itu adalah “accidental”. Bukankah daerah perairan tersebut memang belum clear batas wilayah keduannya? Dan tidak ada niat bagi mereka untuk menangkap Pejabat kementerian kelautan, kecuali menangkap siapa saja yang diduga melanggar batas wilayah perairan yang masih belum clear tersebut. Dan kebetulan yang ditangkap memang bukanlah nelayan, atau orang awam. Tapi toh segera setelah ditangkap di pulangkan lagi dengan tanpa syarat. Begitu pula kepolisian kita yang menangkap nelayan Malaysia ditempat yang sama.

Sampai kapan pun kalau masalah perbatasan ini nggak dirundingkan diselesaikan, akan timbul masalah. Tapi, menurut saya betapapun masalah itu timbul, gak bakal menjadi sesebuah negara itu rakyatnya jadi kacau, gelisah, dan merasa terhina. Ya, kecuali dinegara kita ini. Dan saya yakin 100% jika sebaliknya kepolisian kita menangkap Kementerian Kalautan Malaysia, media mereka gak bakal “mengompori” rakyat Malaysia untuk membenci Indonesia. Saya tau tipikal media mereka.

Dan soal caplok mencaplok pulau, benarkah mereka pernah mencaplok pulau kita? Dan saya yakin soal Ambalat hanyalah sensasi2 yang dibuat media kita. Kalau sampai Ambalat benar2 mau diklaim mereka, saya baru bisa mengatakan mereka “serakah” akan pulau kita. Karena Ambalat memang sudah jelas milik kita. Lain hal dengan Sipadan dan Ligitan, bisakah kita mengatakan mereka mencaplok pulau tersebut dari kita? Kalau benar, apa buktinya? Ya harus dibuktikan dong, masak mendakwa tanpa bukti. Yang mengatakan mereka mencaplok Sipadan dan Ligitan adalah Media kita dan orang2 menurut saya gak ngerti aja. Bagaimana bisa dibilang ngerti jika Mahkamah Internasional sudah memutuskan itu milik mereka.

Seperti semua tau bahwa semenjak Indonesia dan Malaysia merdeka, Setatus kedua pulau tersebut memang tidak jelas. Ketidak jelasan tersebut membuat penduduk pulau tersebut mengibarkan 2 bendera sekaligus. Tapi, setatusnya menjadi jelas setelah MI memutuskannya milik Malaysia. Apakah kita tidak terima dengan keputusan MI tersebut, yang mana juga telah memutuskan berpuluh-puluh kasus serupa. Memang kita sayangkan Sipadan dan Ligitan tidak berada ditangan kita. Tapi, seluruh rakyat Indonesia juga harus menghormati keputusan MI. Kenapa kita bisa kalah di MI tersebut? Ya memang bukti2 yang kita ajukkan kurang meyakinkan, alias pengarsipan kita kalah dengan Malaysia. Dan jangan ada lagi perkataan “Malaysia mencaplok pulau kita”.

Malaysia pun telah menyelesaikan kasus serupa dengan Singapura. Meski mereka kalah dengan Singapura merebutkan Pulau Batu Putih, yang secara geografisnya memang lebih dekat dengan Johor daripada Singapura. Toh, pemerintah mereka dan media2tidak menuduh macam2 dengan Singapura. Gak ada dendam2 lagi, ataupun provokasi2 kepada rakyatnya untuk membenci Singapura.

Ingat!Jutaan orang Indonesia telah mereka tolong disamping juataan orang diberbagai negara lainnya. Ketika pada saat yang sama negara kita kewalahan mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan. Pantaskah, kita balas mereka dengan membakar bendera mereka, menghina dengan cacian2 sekenannya, melempar kotoran dan sebagainnya? Bisakah kita lebih bijaksana, menggunakan otak kita lebih sedikit saja? Dan bisakah negara dan seluruh komponennya lebih memikirkan bagaimana bisa menyejahterakan rakyatnya, agar tidak perlu lagi merantau ke negeri orang? Atau kalau bisa seperti Malaysia, yang bukan saja menyejahterakan rakyatnya. Tapi, juga bisa menyejahterakan orang2 dari berbagai penjuru dunia yang masih dilanda masalah klasik yaitu kemiskinan dan pengangguran.

Tidak, untuk saat ini kita lebih bisa menyejahterakan bangsa Imperialisa dan Kapitalis daripada bangsa kita sendiri apalagi bangsa2 lain yang masih kekurangan. Ada video menarik nih yang bisa saya share tentang kenyataan negara kita, yang benar2 tidak memihak orang kecilhttp://www.youtube.com/watch?v=VdgMlXoQMbY

Jujur, saya melakukan ini bukan karena pernah “tersenggol ringgit”. Tapi semata-mata karena atas dasar kebenaran.

Ini saja dulu…dah kepanjangan.

Terima kasih.

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun