Seni pertunjukan wayang kulit merupakan seni pertunjukan yang telah berusia lebih dari lima abad. Dimana dalam pertunjukan tersebut membawakan kisah Durno Banjaran yang berarti Matinya Tokoh Kemungkaran dan hal itu memunculkan kedamaian. Pergelaran selama semalam suntuk pada senin malam selasa  ini menjadi ruang yang tepat untuk melewatkan malam, berefleksi dan memahami filosofi jawa.
Pagelaran wayang kulit pada malam hari ini yang didalangi oleh Ki Sheilo Dwistanoka, dalang cilik umur 15 tahun asal Jember itu membawakan lakon Sang Rajamala.
Malam di Krajan I Desa Jombang terasa hidup tatkala pagelaran wayang digemakan. Irama gamelan yang rancak berpadu dengan suara merdu para sinden membuat hati hanyut dalam cerita. Kisah yang dibawakan oleh dalang membuat masyarakat larut, seolah menjadi salah satu tokoh dalam kisah pewayangan tersebut. Membuat kita menyadari bahwa betapa kayanya budaya Jawa dimasa lalu.
Kemunculan wayang kulit memiliki cerita sendiri, terkait dengan masuknya Islam di Jawa. Salah satu anggota Walisongo menciptakannya dengan mengadopsi Wayang Beber yang berkembang pada masa itu. Alhasil diciptakannya wayang kulit.Pagelaran wayang dimainkan oleh seorang mahakarya yang hebat, bagaimana tidak ??.Â
Seorang dalang mampu menghibur semalam suntuk dan juga mampu memainkan tokoh-tokoh dalam perwayangan dengan berbagai karakter suara. Untuk menambah suasana agar semakin hidup dalang dibantu oleh para sinden dan alunan gamelan.
Dalam pagelaran wayang selalu membawakan kisah-kisah yang berbeda. Dimana cerita wayang bersumber pada beberapa kitab tua misalnya Ramayana, Mahabarata, Pustaka Raja Purwa, dan Purwakanda. Kini, juga terdapat buku-buku yang memuat kisah gubahan dan karangan.
Pagelaran wayang kulit dimulai ketika dalang telah mengeluarkan gunungan. Dan pada puncaknya salah satu yang paling dinanti banyak orang pada setiap pagelaran wayang adalah guyonan- guyonan khas Jawa.