Mohon tunggu...
KKN Desa Jatiroto
KKN Desa Jatiroto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Update mingguan Kelompok 129 KKN Kolaboratif #3 2024

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Observasi UMKM, Produksi Tahu Rumahan di Desa Jatiroto Jember dan Potensi Pengolahan Ampasnya

9 Agustus 2024   10:31 Diperbarui: 9 Agustus 2024   11:36 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Jember -- Tahu merupakan salah satu sumber protein nabati yang banyak diminati. Selain murah, pengolahannya pun juga sederhana, tinggal goreng dan siap makan. Tahu menjadi makanan yang sangat umum dan hampir wajib di setiap hidangan makanan.

Camilan ringan yang dijual di pinggir jalan juga banyak yang berbahan tahu. Ragamnya sudah cukup banyak dan digemari oleh hampir seluruh kalangan. Hal tersebut mendorong tingginya konsumsi tahu sehingga dapat dibaca sebagai peluang usaha oleh masyarakat. Berangkat dari sana, muncul produksi tahu rumahan yang dikelola oleh perorangan.

Produksi tahu lokal kini makin menjamur di setiap daerah, salah satunya di Desa Jatiroto, Kecamatan Sumberbaru, Kabupaten Jember. Pemilik dari usaha produksi ini adalah Pak Yusuf. Beliau mendirikan usaha produksi tahu sejak tahun 2019. Menurutnya, usaha ini sangat menolong ketika pandemi Covid-19 sedang berlangsung di tahun tersebut.

Setiap harinya, Pak Yusuf membeli kedelai di pasar dan memproduksi sebanyak 20 kilo dalam sehari. Namun, penghasilan yang didapatkan tidak terlalu tinggi, berkisar antara 75 hingga 100 ribu saja per harinya, itu pun masih tergolong pendapatan kotor.

"Iya, Mbak. Seratus ribu itu masih pendapatan kotor, jadi untuk menekan biaya lain-lain, harus mencari kau bakar sendiri, tidak pernah beli ke orang," tuturnya saat diwawancara.

Tahu yang telah diproduksi akan dititipkan ke pedagang kecil atau dijual ke pedagang sayur baik yang berjualan di pasar maupun keliling. Tidak jarang juga warga sekitar langsung beli di rumah tempatnya memproduksi. Pak Yusuf tetap telaten menjalankan usahanya meskipun beliau juga mengatakan bahwa sekarang makin banyak pesaing.

Sebuah produksi pasti diikuti oleh limbah yang tidak lagi terpakai. Begitu juga dengan produksi tahu tersebut, ampasnya tidak lagi digunakan. Biasanya, Pak Yusuf menjualnya dengan harga murah untuk pakan ternak, per kilo hanya dihargai dengan seribu rupiah. Namun, setiap hari ampas tersebut akan selalu habis dipesan.

"Cuma bisa dijual murah, Mbak. Ya, cuma ampas tahu mau dibuat apa kalau bukan pakan ternak?" pungkasnya dengan sebuah pertanyaan yang retoris.

Kandungan protein dalam kedelai cukup tinggi, selain itu juga terdapat vitamin C, zat besi, vitamin B6, dan magnesium. Dilansir dari laman Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, ampas tahu memiliki kandungan protein sebanyak 8,66%, lemak 3,79%, dan air 51,63%. Tingginya kandungan tersebut memungkinkan ampas tahu untuk diolah kembali dan dikonsumsi.

Kelompok 129 KKN Kolaboratif #3 mengobservasi dan mengidentifikasi pemanfaatan ampas tahu tersebut agar memiliki nilai jual yang lebih tinggi daripada hanya dijual untuk pakan ternak. Inisiatif ini berupa pengolahan ampas tahu menjadi camilan keripik yang dapat dikonsumsi sehari-hari tetapi tetap bergizi. Kami telah membuat percobaan keripik tersebut, akan tetapi masih perlu pengembangan lebih lanjut terkait dengan resepnya. []

Referensi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun