[caption id="attachment_186547" align="alignleft" width="300" caption="(sumber gambar: truelia.wordpress.com)"][/caption] Di balik jendela bus kota, kulihat lampu-lampu merah berpijar, mobil-mobil dan kendaraan beroda merayap beradu di jalanan beraspal.
Di balik jendela bus kota, motor dan mobil tak sabar melintas, menyerobot dan menyalip jalan pintas khusus bus umum.
Dari balik jendela bus kota, puluhan orang berdesakan memasuki bus merah oranye tanpa kenal kata ‘sabar’ dan ‘hormat’.
Di balik jendela bus kota, aku termenung mendengar alunan musik para pengamen menyuarakan emosi mereka terhadap para koruptor negeri.
Tak jauh dari balik jendela bus kota, seorang perempuan memandangku dengan mata yang lusuh.Tangan kurusnya menggenggam anak kecil yg membawa  potongan roti. Dari hujan, mereka berlindung  di bawah jembatan yang penuh dengan spanduk janji-janji para calon gubernur yg membutuhkan suara merekauntukmembenahi Jakarta.
Di kota megapolitan, dari balik jendela bus kota, aku masih berharap meski kecil kemungkinannya, suatu saat nanti Jakarta bisa menjadi lebih baik dari yang sebelumnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H