Pondok Pesantren merupakan tempat bagi para santri untuk memperdalam ilmu agama mereka tentang islam dan di pondok pesantren itu juga disediakan asrama, ada banyak tipe pondok pesantren dalam penerimaan santrinya, ada yang hanya menerima satri laki-laki, ada yang hanya menerima santri perempuan dan ada juga yang menerima keduanya, pondok pesantren mengharuskan bagi satrinya untuk tinggal disana bersama para santri lainnya, dimana para santri tidur bersama dan melakukan aktivitas kesehariannya secara bersama-sama, dan tentunya asrama tersebut akan dikhususkan antara laki-laki dan perempuan, sehingga kemungkinan untuk bertemu santri berlawanan jenis itu hal minim sekali, sehingga aktivitas sehari-hari lebih sering dilakukan dengan sesama jenis sehingga tidak sedikit terjadi kasus penyimpangan seksual akibat adanya satri yang menyukai sesama jenis.
Beberapa waktu yang lalu saya melakukan wawancara kepada beberapa orang santri dari daerah yang berbeda yang diamana dulunya mereka pernah menempuh pendidikan di salah satu Pondok Pesantren yang cukup ternama di Sumatera Utara, dan Banten, menurut pengakuan dari HR yang tidak ingin disebutkan namanya yang dimana ia adalah seorang mantan santri dari salah satu pondok pesantren di Medan yang pondok pesantrennya itu dikhususkan hanya untuk santri perempuan saja, ia mengakui bahwa dirinya pernah menjadi korban dari penyuka sesame jenis, menurutnya hal tersebut dapat terjadi karena mereka sangat jarang bertemu dengan laki-laki dan bentuk perhatian yang sering mereka dapat setiap hari itu dari teman sesama perempuan sehingga sangat rawan timbulnya rasa suka sesama jenis, dari hasil wawancara yang saya lakukan dengan korban, terdapat raut wajah kekesalan, rasa jijik dan trauma dengan pengalaman buruk yang menimpanya.
Pondok pesantren juga sering disebut sebagai surganya kaum pelangi "LGBT" dimana mereka dapat dengan leluasa menyalurkan gairah seksualitasnya tanpa dicurigai oleh orang lain, kehidupan remaja santri merupakan kehidupan yang penuh dengan nilai moral tetapi sangat kurang dalam pengetahuan seksual yang erat kaitannya dengan kesehatan reproduksi, perilaku santri yang penyimpang tersebut dapat dilihat dari cara berpakaian dan tingkah lakunya yang maskulin atau feminism yang mereka tunjukan kepada pasangannya, perilaku menyimpang tersebut dapat berupa kontak fisik seperti berpelukan, berpegangan tangan, berciuman hingga melakukan oral seks.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H