Mohon tunggu...
Cindy Prescillia
Cindy Prescillia Mohon Tunggu... -

Saya seorang pelajar. Saya menulis cerita karena saya ini termasuk hobby saya.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Love will Kill You Softly : Prolog

25 November 2011   14:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:12 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Semuanya yang uda nyempetin baca aku ucapin makasih yaaa. Aku gatau bagus atau ga ni cerita. Yang uda baca tolong kasih kritiknya ya. Maaf kalo ada salah kata.

Aku membenci hari itu! Aku takkan pernah sanggup lagi harus menghadapi cobaan sekali lagi. Aku benci dia! Dia telah membuatku kotor dan berlumur dosa. Aku menatap pisau tajam di tanganku. Seberapa sakitnya jika aku menggoreskan pisau ini ke tubuhku. Akankah ku mati atau hanya merasakan sakit saja dan tetap hidup ? Aku rasa, pilihan pertama lebih menarik. Tapi tetap saja ada yang masih mengganjal, akan masuk kemanakah aku ? Surga atau Neraka ? Alam bawah sadarku meneriakan “Memangnya kau ini siapa, meminta untuk masuk surga ?”

Aku tersenyum miris. Ya, Tuhan mana mau menerima orang sepertiku. Mungkin dulu iya, yang pasti sekarang tidak mungkin hal itu terjadi.

“Brakkkk…..” tiba-tiba pintu terbanting keras dan seseorang masuk ke dalam kamar itu. Berbadan tinggi dan tegap, wajahnya yang tampan, rambut yang hitam kelam, mengingat hal itu aku yakin banyak wanita yang sudah patah hati karenanya. Matanya yang tajam mencari-cari dimana aku dan saat melihatku memegang pisau, berbagai emosi terlintas dimatanya.

“Jangan lakukan itu!” bentaknya keras

“Apa yang kau lakukan disini ? Mana kekasihmu yang sok kecantikan itu ? Tinggalkan aku sekarang!” teriakku tak kalah kerasnya.

Tiba-tiba dia bergerak ke arahku, lalu merebut pisauku dan melemparnya ke ujung ruangan. Senyum sinis terukir di bibirnya. “Kau pembohong! Kau bilang kau mencintaiku tapi apa buktinya ? Tak terpikirkah olehmu kalau mungkin saja aku aka hancur kehilanganmu? Aku rasa tidak.”

“Tidak! Bukan seperti itu! Aku tak pantas untukmu, aku sudah kotor. Aku tak pantas untukmu. Kau terlalu sempurna. Cinta kita sudah berakhir.” tangisku pun pecah membayangkan dia ada di pelukan wanita lain.

Ia menarikku ke dalam pelukannya yang hangat, matanya menyorotkan pengertian, “Kalau kita saling mencintai, semua rintangan pasti bisa kita hadapi. Sejujurnya aku kurang setuju denganmu, menurutku kau adalah wanita yang sangat pantas untukku. Aku sangat beruntung memilikimu, sementara lelaki lain patah hati karena ditolak sang primadonna.

Aku menatap matanya, mencari kejujuran disana. Saat mataku bertemu dengannya waktu pun serasa berhenti.

Gimana semuanya? Bagus ga  ? Kayaknya sih ancur. Habis ga pernah bikin cerita. Ya jadilah ancur. Ditunggu kritik dan sarannya please. Please don’t became the silent reader.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun