Mohon tunggu...
Cindy Maulidina Safera
Cindy Maulidina Safera Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahsiswa 23107030067 UIN Sunan Kalijaga

happy mind, happy life

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Freeter: Alternatif Orang Jepang untuk Hidup Nyaman

1 Juni 2024   22:02 Diperbarui: 1 Juni 2024   22:33 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar. Cristina Kangussu

Kalau kata orang tua, cita cita itu harus jadi dokter, pekerja katoran, atau PNS supaya bisa hidup nyaman. Namun beda dengan pola pikir beberapa orang Jepang tentang hidup nyaman. Masa bodoh dengan tekanan pekerjaan. Mereka punya alternatif bekerja sebagai Freeter. Apa itu Freeter?, mari kita simak penjelasan di bawaah ini. 

Freeter atau dalam bahasa jepang "furita", gabungan dari kata "free" yang berarti bebas dalam bahasa Inggris dan "arbeiter" yang berarti pekerja dalam bahasa Jerman. Freeter adalah pengertian dari orang orang yang mengejar easy life dengan cara bekerja part time atau kontrak sementara dibandingkan pekerjaan tetap. Orang yang memilih menjadi Freeter ini hanya bekerja untuk memenuhi kebutuhaan sehari hari mereka. 

Mereka tidak melihat uang sebagai prioritas tertinggi. Dengan kata lain mereka lebih mementingkan kebebasan dan kebahagiaaan mereka dibanding bekerja dibawah tekanan seperti yang sering ditemui dalam pekerjaan konvensional. Mereka tidak peduli pendapat orang lain tentang mereka. Karena sering dianggap sebagai pilihan yang tidak stabil bagi banyak orang Jepang.


Dalam film dokumenter yang berjudul 'Tokyo Freeters', menunjukkan bahwa ada beberapa alasan mengapa pada akhirnya beberapa oraang memilih menjadi Freeter. Diantaranya sebagai berikut:

Kebebasan dan fleksibilitas:
Salah satu alasan utama seseorang memilih menjadi freeter adalah kebebasan yang ditawarkan. Eriko Tama (28), mulai bekerja paruh waktu setelah dikeluarkan dari sekolah menengah pertama sepuluh tahun lalu. Dia dapat bekerja di tiga tempat selama 10 jam dalam sehari, atau memilih tidak bekerja selama beberapa hari. 

Upah yang ia dapat dalam seminggu, setara dengan upah pekerja kantoran di Jepang. Informasi pekerjaan yang dia dapat bisa berasal dari banyak media, dari media cetak hingga media sosial. Atau menandatangani kontrak di suatu agensi yang bisa menghubungi mereka sewaktu waktu.

Menghindari stres dan tekanan kerja tetap:
Budaya kerja di Jepang terkenal dengan jam kerja panjang dan tekanan tinggi. Banyak anak
muda merasa tertekan oleh harapan tradisional dari pekerjaan tetap yang menuntut komitmen besar. Salah satu dari mereka adalah Zohi Kawasaki, lulusan dari Japan University of the Art. Lebih memilih menjadi Freeter dan hidup di internet cafe selama dua tahun, dimana banyak orang bisa menginap. Ia merasa menjadi lebih hidup dan bebas dari stress dari tekanan kerjanya dahulu. Setelah beberapa jam bekerja sebagai kasir, ia enghabiskan waktunya di kamar dengan menggambar atau membaca manga sambil merokok dan meminum kopi.  

Kemungkinan untuk meningkatkan keterampilan:
Seorang Freeter dapat bereksperimen dengan banyak industri dan jenis pekerjaan dengan lebih bebas dan mudah. Dengan hal ini, mereka dapat memperluas keterampilan dan juga memperoleh pengalaman beerharga yang akan membantu mereka dalam upaya profesional mereka di masa depan.

Efek positif bagi kehidupan pribadi:
Freeter memiliki fleksibilitas untuk mengtur kehidupaan pribadi dan pekerjaan mereka. Mereka dapat dengan mudah mengatur kapan waktu untuk berpergian, melakukan hobi, dan menghabiskan banyak waktu dengan keluarga.

Kesehatan mental yang lebih baik:
Salah satu orang tua dari pekerja Freeter mengatakan bahwa anaknya menjadi lebih lemah lembut, dan berkurang stresnya. Banyak freeter juga melaporkan perbaikan kualitas hidup mereka lebih tinggi karena terbebas dari tuntutan dan tekanan dari pekerjaan normal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun